In Memoriam Hj Lily Khodijah Wahid, Suka Membaca dan Seni

Hj Lily Khodijah Wahid
Hj Lily Khodijah Wahid

DUKA mendalam tengah menyelimuti Keluarga Besar A Wahid Hasyim yang juga keluarga Pesantren Tebuireng. Usai kabar meninggalnya Hj Lily Khodijah Wahid yang merupakan adik dari Presiden RI IV KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Hj Lily Wahid meninggal dunia di RSCM Jakarta, pada Senin (9/5) sore sekira pukul 16.28 WIB. Kondisi adik kandung Gus Dur ini terus menurun dan harus menjalani pemasangan ring jantung (stent), hingga menghembuskan nafas terakhirnya.

"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, telah berpulang Hj Lily Khodijah Wahid binti Abdul Wahid Hasyim. Allahummaghfirlaha warhamha wa'afiha wa'fuanha," tulis Gus Ipang, salah satu keponakan Ibu Nyai Hj Lily Wahid yang juga merupakan putra KH Salahudin Wahid.

Hj Lily Wahid lahir di Jombang pada 4 Maret 1948 dan meninggal dunia pada 9 Mei 2022. Ia pernah aktif menjabat anggota DPR RI periode 2009-2014 dari PKB mewakili Jawa Timur.

Lily Wahid ditempatkan di Komisi I DPR RI yang menangani Kementerian Luar Negeri Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia, Badan Intelijen Negara, Kementerian Pertahanan dan TNI.

Lily Chodidjah diberhentikan secara tidak adil karena terlalu kritis menentang kenaikan BBM dan mendukung Panitia Khusus Hak Angket Bank Century.

Sebelum menjadi anggota DPR RI, Lily Wahid sempat mendukung Muktamar PKB di Ancol tahun 2008 yang menempatkan Muhaimin Iskandar sebagai Ketua Umum PKB. Setelah dipecat dari PKB, Lily Wahid pindah ke Partai Hanura.

Lily Wahid meninggalkan tiga anak. Suaminya Indrawanto, telah lebih dulu meninggal dunia pada tahun 1987. Dia merupakan cucu dari KH Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Ayahnya, KH Wahid Hasyim, menjabat menteri agama tahun 1949, sedangkan ibunya Nyai Solichah A Wahid Hasyim merupakan putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang. 

Dia adalah anak kelima dari enam bersaudara. Selain Gus Dur, saudaranya yang juga dikenal sebagai tokoh di Indonesia adalah Salahuddin Wahid atau Gus Solah. Gus Dur wafat pada 30 Desember 2009, sedangkan Gus Solah wafat pada 2 Februari 2020.

Sosok Hj Lily Khodijah Wahid

Hj Lily Khodijah Wahid atau yang akrab dipanggil Lily Wahid adalah adik kandung Gus Dur. Dikutip dari laman resmi Tebuireng.online, beliau lahir pada 4 Maret 1948 anak kelima dari pasangan suami istri KH. A. Wahid Hasyim dengan Ibu Nyai Solichah A. Wahid Hasyim.

Usianya baru lima tahun ketika sang ayah pergi wafat meninggalkannya. Setelah itu beliau bersama empat kakaknya, beliau diasuh oleh ibunya yang sedang mengandung. Ibu dan kakaknya berjasa besar dalam menanamkan ajaran agama padanya.

Setiap hari beliau dan kakak-kakaknya diajari ibunya membaca al-Quran dan pelajaran agama lainnya. Terkadang KH Bisri Syansuri yang merupakan kakek dari pihak ibunya datang berkunjung dan mengajari mereka membaca al-Quran, yang mana beliau sangat memperhatikan tajwid dalam melafalkan bacaan-bacaan al-Quran.

Beliau adalah pribadi yang mempunyai kegemaran membaca dan seni. Bukan hanya pelajaran yang dibacanya. Malah yang lebih banyak dibaca justru komik-komik silat. “Kalau sudah membaca komik sambil makan kuaci di pojok rumah, sudah tidak ingat apa-apa seharian,” begitu katanya mengenang saat-saat itu.

Di bidang seni, beliau juga menyukai lagu dan musik. Uniknya, di masa itu beliau bersama kakak-kakaknya sudah berkacamata, padahal belum banyak anak-anak yang berkaca mata. Mereka juga suka menonton film di bioskop. Berhubung malu karena semuanya memakai kacamata maka sebelum pergi, mereka mengundi dengan tangan untuk menentukan siapa yang harus melepaskan kacamata.

Beliau dikaruniai tiga anak dari suaminya yang wafat tahun 1987. Pertama, Nurul Fatchiati (Nungki) yang bekerja di Kompas dan kini ditempatkan di Yogyakarta. Kedua, Riri, menetap di Gresik dan menjadi karyawan BUMN di kota ini. Yang terakhir Maria Adviani (Vivi), lulusan Institut Pertanian Bogor. Kini mereka semua telah dewasa. Kepada anak-anaknya beliau berharap agar mereka dapat melanjutkan cara-cara yang ditempuhnya ketika mendidik mereka dulu.

Riwayat Pendidikan dan Organisasi

Pendidikan Nyai Lily Khodijah Wahid sama seperti sekolah kakak-kakaknya yaitu di SD Perwari. Sejak di bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah, relatif tidak ada kesulitan dalam proses belajar. Sekolahnya lancar-lancar saja. Nilai-nilainya pun selalu bagus. Salah satu faktornya beliau suka membaca.

Selain itu, masa-masa sekolah beliau tidak hanya digunakan untuk belajar melainkan beliau juga suka beroraganisasi karena sifatnya yang senang bergaul dan kumpul-kumpul. Keaktifannya tersebut tentu tak lepas dari pengaruh sosok ibu yang juga aktif.

Ketika duduk di bangku SMA, beliau telah aktif di IPPNU dan KAPPI. Beliau menjabat sebagai ketua 1. Beliau juga yang memindahkan IPPNU dari Yogyakarta ke Jakarta. Dengan keberanian dan kepercayaan diri yang luar biasa di usia 18 tahun, beliau tampil di panggung bersama Husni Thamrin, tokoh muda penggerak massa yang sangat terkenal di masa peralihan.

Seandainya beliau tidak dilarang oleh ibunya, mungkin beliau menjadi anggota DPR termuda di tahun 1967 karena perannya yang menonjol, sehingga beliau diusulkan oleh HM Subchan ZE untuk menjadi anggota DPR mewakili IPPNU padahal usianya baru 18 tahun. Namun ibunya tak mengehendaki, dengan alasan pada waktu itu lima keluarganya termasuk sang ibu sendiri telah menjadi anggota DPR. Apa kata orang nanti? Katanya.

Meskipun pada saat itu beliau sangat kecewa, tetapi belakangan ini beliau bersyukur dan berpikir bahwa Allah justru menyelamatkannya. Kerena menurut beliau kalau tidak gagal saat itu, beliau akan menjadi bagian dari Orde Baru  yang tentu akan mengikuti pola pikir mereka.

Beliau juga sosok perempuan yang cerdas, berkat kecerdasannya setelah tamat SMA beliau diterima di Fakultas Kedokteran UI. Namun hanya bertahan sampai tingkat III. Keinginnanya menjadi dokter tidak terpenuhi karena keburu menikah dengan Najamuddin Rosyidi pada tahun 1970 yang masih terhitung pamannya, sehingga pada saat itu kuliahnya terpaksa berhenti dan harus mengikuti suaminya yang tugasnya berpindah-pindah yang profesinya sebagai tentara.

Beliau sosok yang teguh pendirian yang merupakan cirinya sejak muda. Apa yang diyakininya benar, itulah yang dipertahankan. Beliau juga sosok yang tidak mau menerima uang dari sumber yang tidak jelas dan selalu ingin berbagi dalam hal-hal yang berkaitan dengan materi-materi duniawi.

Dan beliau juga berusaha melakukan yang sama dalam hal-hal yang menyangkut masalah-masalah akhirat yang memberikan kepuasan tersendiri di dalam jiwa. Semoga kita semua bisa mengikuti dan meneladani kiprah-kiprah beliau yang luar biasa ini.