Investasi BUMN ke GoTo dan Startup Modal Bagus untuk Sektor Ekonomi Digital

Anggota Komisi VI DPR, Nusron Wahid/Net
Anggota Komisi VI DPR, Nusron Wahid/Net

Anggota Komisi VI DPR, Nusron Wahid menilai pergerakan saham yang cenderung menurun terkait investasi BUMN ke sejumlah startup tidak bisa langsung disebut sebagai sebuah kerugian. Sebab, itu adalah harga sementara bukan hasil tetap.


"Darimana dianggap rugi?" ujar Nusron Wahid melalui keterangannya diberitakan Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (29/5).

"Yang mengatakan rugi itu hanya pihak-pihak yang ingin mengacau iklim investasi digital di Indonesia. Harus dilihat waktu masuk harga berapa, waktu jual harga berapa. Wong belum dijual kok sudah rugi dari mana? Yang penting kan fundamentalnya bagus. Masak harga sementara dibuat acuan. Ngawur itu," imbuhnya.

Menurut Nuston, ada dua keuntungan dalam investasi Telkomsel ke GoTo. Pertama, penjualan data Telkomsel masuk dalam ekosistem digital, sehingga omzet Telkomsel naik. Kedua, harga saat dijual nanti.

"Kalau belum dijual ya jangan dianggap rugi dong. Saya yakin nanti pada saat harga tinggi pasti justru secara valuasi dan buku mendapat keuntungan," tegasnya.

Nusron menambahkan, investasi ini harus dilihat jangka panjang. Ini justru langkah efektif untuk bisa mencegah dominasi perusahaan asing, dan tentunya mendorong ekosistem digital nasional untuk tumbuh.

"Ini juga sekaligus memberikan manfaat ekonomi dan nilai tambah bagi masyarakat Indonesia" ujar Nusron.

Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini pun mengaku tak khawatir meski sejumlah startup lokal harga sahamnya saat ini sedang menurun. Ia menilai hal itu bukan lah suatu permasalahan besar, apalagi bagi startup yang sudah go publik.

"Khusus startup yang sudah melakukan IPO di bursa, jangan dinilai hanya dari pergerakan harga saham, seperti kasus saham GoTo, yang minggu lalu ramai dibilang rugi, padahal itu hanya potential loss sesaat. Bahkan per 27 Mei malah harga saham GoTo naik lagi yang menyebabkan ada potential profit sekitar 800 miliar buat Telkom," jelas Nusron.

Nusron menilai, potensi Indonesia dalam ekonomi digital sangatlah besar. Bahkan data Google menyebut, diperkirakan ekonomi digital RI tumbuh 8 kali lebih besar dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau menjadi Rp 4.300 triliun pada 2030 mendatang.

"Dengan semakin banyaknya investasi yang dilakukan oleh BUMN pada startup lokal, akan menjadi modal bagus bagi Indonesia untuk mendorong sektor ekonomi digital, dan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi digital paling besar di Asia Tenggara," papar Nusron.

Namun Nusron justru khawatir dengan  sejumlah pihak yang menyalahkan langkah strategis BUMN dalam di industri digital hanya karena munculnya potential loss. Ia menilai hal itu bisa menimbulkan dampak yang tidak baik bagi pengembangan ekosistem startup masa mendatang di Indonesia.

"Justru langkah nyata BUMN dalam mengembangkan ekosistem startup digital harus didukung, dan potensi penguatan ekosistem startup di Indonesia tidak lagi hanya bergantung kepada para investor asing," tutup mantan Ketua Umum GP Ansor ini.

Investasi BUMN di sejumlah startup seperti ke GoTo yang juga mendirikan MDI ventures untuk berinvestasi di berbagai startup lokal. Kemudian ada Bank Mandiri melalui Mandiri Capital yang telah berinvestasi ke 23 startup lokal. Di antaranya KoinWorks, Crowde, sampai Investree.

Ada juga BRI yang melakukan hal sama melalui BRI Ventures ke 21 perusahaan. Salah satunya startup produsen sepatu merek lokal, Brodo.