Tatap Muka Sekolah Dimulai, Pendidikan Literasi Media Digenjot Kembali 

Tim Penyuluh UPN Jatim ketika mengadakan penyuluhan di SD dan SMP Al Husna
Tim Penyuluh UPN Jatim ketika mengadakan penyuluhan di SD dan SMP Al Husna

Pendidikan literasi media secara tatap muka (offline) dengan sasaran siswa SD dan SMP mulai digenjot kembali.


Hal menyusul keputusan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) yang mengijinkan pembelajaran tatap muka setelah hampir dua tahun harus dilakukan secara daring (online) karena pandemi Covid-19.

Salah satunya seperti yang dilakukan Tim Penyuluh Literasi Media dari Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jawa Timur, yang terjun langsung untuk berdialog dan mensosialisasikan pentingnya menggunakan gawai secara tepat dan sehat kepada siswa-siswi, wali murid dan  para guru SD dan SMP Al-Husna, Kulonprogo, Yogyakarta.

“Kesempatan sudah dimulainya pembelajaran tatap muka di sekolah ini benar-benar Kami manfaatkan untuk memulai kembali program penyuluhan melek media untuk masyarakat yang selama pandemi ini hanya bisa Kami lakukan secara daring. Syukurlah, para siswa maupun guru dan wali murid menyambut dengan antusias,” ujar Ririn Puspita, dosen Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jawa Timur yang memang sejak dua tahun ini selalu mengadakan penelitian tentang komunikasi dan pemberdayaan masyarakat di Kulonprogo, Yogyakarta.

Menurut Ririn, memenuhi permintaan dari pihak SD dan SMP Al Husna, tim memaparkan berbagai isu tentang literasi media selama tiga hari, mulai 28-30 April 2022. 

Topiknya mulai bagaimana mengontrol penggunaan gawai yang berlebihan, hingga persoalan-persoalan yang lebih serius, seperti cyber bullying hingga kekerasan berbasis gender online (KBGO)

“Tentunya kita sesuaikan dengan tingkatan pendidikan dan usia dari anak-anak ini ya. Untuk SD kami lebih fokus untuk mendongeng bagaimana caranya supaya tidak bermain handphone terlalu banyak, tidak lupa untuk belajar dan sejenisnya,” jelas Ririn.

Penyuluhan untuk anak-anak ini, lanjutnya, juga dikemas dengan acara permainan yang seru, sehingga anak-anak melupakan gawainya sejenak.

Sedangkan untuk remaja SMP, penyuluhan difokuskan pada hal-hal yang topiknya lebih sensitif, semisal cyber bullying atau Kekerasan berbasis Gender Online (KBGO). Menurut Aulia Rahmawati, dosen Ilmu UPN Jatim lainnya, masalah bullying dan KGBO sudah mencapai titik yang sangat mengkhawatirkan.

“Saban hari, kita kerap membaca banyaknya kejahatan di dunia maya.  Masalah bullying dan KBGO telah menjadi isu krusial dalam kesehatan mental remaja di Indonesia. Ada beberapa kasus di berbagai kota yang bahkan sampai berujung pada bunuh diri karena tidak tahan dirisak melalui media social,” tandas Aulia yang selama ini dikenal concern pada persoalan-persoalan gender dan media.

Ditambahkan Aulia, dengan Pendidikan literasi media ini, para remaja diharapkan paham dan tahu bagaimana cara melindungi dan membentengi dirinya ketika sedang menggunakan media sosial. 

Tim penyuluh juga sempat berdialog dengan guru dan orangtua  murid. Mereka umumnya mengeluhkan kecanduan gawai pada buah hatinya yang semakin gawat selama pandemi. 

“Problem ini merata dialami hamper oleh semua orangtua dalam dua tahun pandemi ini”, imbuh Ririn.

Yang bisa diupayakan dengan mulai dibukanya pembelajaran tatap muka di sekolah ini, lanjutnya, adalah mengurangi kecanduan gawai pada anak-anak dan remaja. Selain itu, untuk yang kecanduannya sudah parah hingga anak mengalami gangguan psikologis, tentu harus segera dirujuk pada psikolog.

 “Diperlukan bantuan profesional untuk mengatasi masalah-masalah kecanduan yang levelnya sudah kronis,” pungkas alumnus Pendidikan Doktoral di Cardiff University, UK ini.