Brigadir

Puisi brigadir
Puisi brigadir

Malam itu kadal, kalajengking, kecoak, dan burung hantu

Menyerahkan kotak Pandora, karena itu tak boleh dibuka

Di dalamnya ada tubuhmu, sudah jadi benda membeku

Mereka lumuri dengan lumpur dosa dan kebencian

Airmata Ibumu

Airmata keluargamu

Airmata kekasihmu

Membasuh lumpur itu

Membasuh darah yang tak sempat kering

Ini memang bukan takdir, brigadir

Karena menembak atau ditembak

Membunuh atau dibunuh

Bukanlah pilihan

Karena hidup dan mati hanya milik Tuhan

Tapi kotak Pandora itu terlanjur dibuka

Semua dosa, Keserakahan, kebodohan, kepalsuan berhamburan

Menjadi awan hitam menutup langit

Menjadi hujan mengalirkan air deras menyapu markas

Belatung kekuasaan itu adalah monster tak berperasaan

Dari Jumat ke Jumat aparat tetap keparat

Hingga pada akhirnya datanglah hari kiamat

Bintang-bintang berjatuhan

Hingga tak ada lagi yang bisa menyanyi

Tapi jangan-jangan ini takdir, Brigadir

Dan kau adalah martir

Mengalir di atas sungai airmata

Airmata Ibumu, semua ibu

Yang anaknya direnggut dengan biadab

Oleh belatung kekuasaan

Oleh teman-temanmu! rmol news logo article

Adhie M. Massardi, Bekasi 13 Agustus 2022