AASJ Tuntut Suharso Mundur, PPP Adalah Rumah Lama dan Bersama

Massa AASJ di depan kantor DPC PPP
Massa AASJ di depan kantor DPC PPP

Aliansi Alumni Santri Jombang( AASJ) menggelar unjuk rasa di depan Kantor DPC PPP Kabupaten Jombang, jalan Brigjen Katamso, Pulolor.


Mereka menuntut Suharso mundur dan meminta maaf dengan ikhlas atas pernyataan tentang "Amplop Kyai", 15 Agustus lalu, di depan komisioner KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).

Kordinator aksi AASJ, Agus Zainal menilai pernyataan yang dilontarkan Suharso selaku Ketua Partai yang didirikan oleh para Kyai dan tokoh-tokoh Islam pada pertemuan dengan KPK sangat merendahkan dan melecehkan kyai/tokoh pesantren.

"Beliau-beliau para Kyai merupakan panutan yang kami taati dan junjung tinggi harkat dan martabatnya," ujar Agus, Senin (05/09) dikutip Kantor Berita RMOLJatim.

Menurut Agus, pernyataan itu tidak pantas diucapkan oleh pimpinan partai islam yang semestinya meletakkan kyai pesantren menjadi panutan dan tokoh sentral. Apalagi PPP merupakan partai pertama yang didirikan oleh para tokoh pergerakan islam dan para kyai.

"PPP adalah rumah lama, rumah bersama para santri dan kyai juga tokoh-tokoh islam yang merupakan partai islam pertama," imbuhnya.

Dalam aksi tersebut, dijaga ketat oleh kepolisian dan juga polisi wanita (polwan). Usai berorasi sekitar 10 menit perwakilan massa dipersilahkan masuk ke kantor DPC PPP yang ditemui langsung Wakil Ketua Jakfar Shodiq.

Pertemuan itu, salah satunya meminta Suharso mundur dan meminta maaf secara ikhlas dan mendorong Bu Nyai Mundjidah Wahab yang notabene tokoh Nahdliyyin yang sudah banyak pengalaman sebagai anggota legislatif dan eksekutif untuk menjabat sebagai Ketua Umum PPP.

Agus menambahkan, sudah sepantasnya berjuang dalam komando kyai dan ulama. Menjaga nilai-nilai perjuangan beliau. Para kyai adalah guru, pemimpin yang harus kami lindungi marwah nya. Kyai memiliki peran membentuk moral bangsa dan negara.

"Untuk itu, kami minta Suharso untuk mundur dan minta maaf yang tulus dan ikhlas kepada kyai, dan kami mengusulkan Ibu Nyai Mundjidah untuk menjadi Ketua Umum PPP," katanya.

Sementara, Ja'far Shodiq mengatakan, bahwa usulan ini tetap akan disampaikan ke jajaran pimpinan." InsyaAllah akan kami sampaikan kepada pimpinan karena kebetulan pimpinan sedang tidak ada di tempat," kata Jakfar usai menemui para pendemo. 

Dia mengungkapkan, pimpinan saat ini sedang berada di Jakarta sejak Sabtu 3 September lalu. Meskipun demikian, ia tetap akan menyampaikan kehendak massa aksi. Dimana salah satu poin yaitu PPP rumah lama dan bersama yang harus dibesarkan bersama-sama.

" Teman-teman tadi juga kepingin Ibu Nyai Mundjidah Wahab untuk diusung diposisikan sebagai ketua umum DPP PPP," terangnya.

Tentu saja, lanjur Ja'far, harus disesuaikan dengan prosedural kepengurusan harian, bisa terealisasi atau tidak tergantung mekanisme yang berlaku dalam partai.

Ja'far juga menegaskan, jika beliau (Suharso) saat ini sudah diberhentikan sebagai Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) masa jabatan 2020-2025. Ia diberhentikan pimpinan tiga majelis DPP PPP.

"Plt Ketua Umum PPP dijabat oleh Bapak Mardiono," pungkasnya.

Sekedar informasi, perkembangan terbaru di internal DPP PPP, Suharso Monoarfa resmi diberhentikan dari jabatan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) oleh Majelis dan Mahkamah Partai dalam Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) di Serang, Banten, Minggu (4/9) kemarin. Muhammad Mardiono kemudian ditunjuk sebagai Plt Ketua Umum PPP menggantikan Suharso.

Mukernas hanya menetapkan Mardiono sebagai Plt Ketum, sementara untuk posisi Sekretaris Jenderal (Sekjen) masih dijabat oleh Arwani Thomafi. Keputusan ini diambil atas usulan berbagai pihak, hal itu diutarakan oleh Ketua Majelis Syariah PPP, KH Mustofa Aqil Siraj usai Muskernas.

Plt Ketua Umum PPP, Mardiono mengaku tidak ada kebencian terhadap pemimpin yang lalu. Ke depannya, kata dia, kepemimpinan partai akan dilakukan dengan penuh kebersamaan, persatuan, dan kasih sayang.