Hari Kamis (6/10) menjadi salah satu hari paling gelap dan mengerikan dalam sejarah Thailand. Puluhan anak yang sedang berbaring tidur setelah makan siang di pusat penitipan anak menjadi korban pembantaian seorang pria bersenjata.
- Penemuan Bayi Laki-laki Gegerkan Warga Perumahan Mojoroto Indah Kediri
- Massa Aksi Tolak UU Ciptaker Di Yogyakarta Juga Memanas
- Sapi Berkepala Dua Gegerkan Probolinggo
Pembantaian berawal ketika seorang mantan polisi memasuki Pusat Pengembangan Anak Uthai Sawan di provinsi Nong Bua Lam Phu. Menembak dan menikam puluhan korban di sana.
Setidaknya 36 orang tewas akibat tembakannya. Di antara yang tewas adalah 21 anak laki-laki dan tiga perempuan.
Biro Investigasi Pusat (CIB) Thailand mengidentifikasi pelaku sebagai mantan perwira polisi bernama Panya Khamrab. Sampai saat ini, polisi belum berhasil mengetahui motifnya. Diduga pelaku mengalamk stress setelah dipecat pada Juni lalu karena kasus narkoba.
Penyelidik mengatakan Panya memulai harinya di kota Uthai Sawan. Jaraknya 500 kilometer timur laut Bangkok dekat Sungai Mekong, yang merupakan bagian dari perbatasan Thailand dengan Laos.
Di pagi hari, dia pergi ke pengadilan setempat untuk mendengar kabar terbaru tentang kasus narkobanya. Namun, pengadilan memintanya kembali keesokan harinya.
Kepala Polisi Damrongsak mengatakan, Panya meninggalkan gedung pengadilan dan pergi ke Pusat Pengembangan Anak Uthai Sawan terdekat sambil membawa senjata dan mengomel.
"Dia sudah stres, dan ketika dia tidak dapat menemukan anaknya, dia semakin stres dan mulai menembak," kata perwakilan polisi Paisal Luesomboon kepada media ThaiPBS.
Seorang saksi berkata: “Ini benar-benar mengejutkan. Kami sangat takut dan berlari untuk bersembunyi begitu kami tahu itu adalah penembakan. Begitu banyak anak yang terbunuh.”
Setelah melakukan serangan di pusat penitipan anak, Panya melarikan diri dengan mengemudi kendaraan.
Usai kejadian, sejumlah orangtua yang ketakutan berlari ke gedung satu lantai untuk mencari tahu apakah orang yang mereka cintai selamat.
Kepala Sekolah di penitipan anak, Nanticha Panchum, mengatakan, pelaku memiliki anak yang juga bersekolah di tempat itu. Saat pelaku muncul di sekolah sebelum melakukan penembakan, ia mencari anaknya. Ia menjadi sangat marah saat tidak menemukan anaknya, yang selama sebulan tidak hadir di sekolah itu.
Pelaku biasanya mengantar anaknya. Ia adalah pria yang riang, sopan, dan sedikit cerewet.
Kepala sekolah mengatakan, di hari itu hanya 20 siswa yang hadir dari yang biasanya berjumlah 90-an anak. Penyebabnya antara lain cuaca buruk dan bus sekolah rusak.
Polisi dalam keterangannya usai kejadian, pelaku yang dipecat dari kepolisian karena kepemilikan metamfetamin, sempat membunuh beberapa orang saat melarikan diri. Pelaku juga membunh isteri dan anaknya saat ia tiba di rumah, lalu menembak dirinya sendiri.
Metamfetamin populer di seluruh Thailand dan dikenal sebagai "ya baa" atau obat gila. Mereka sangat adiktif, obat-obatan yang diproduksi secara ilegal yang dapat menyebabkan halusinasi, paranoia dan ketakutan akan penganiayaan.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Satu Keluarga Diduga Dibunuh Di Sukoharjo
- Deklarasi KAMI Dihadiri Ribuan Orang, Tetap Jalankan Protokol Kesehatan
- Banjir Sigi Sulteng, Sebanyak 662 Warga Terpaksa Mengungsi