Tradisi Rotasi Pengangkatan Panglima TNI Wujud Hikmat Kebijaksanaan, TNI AL Punya Peluang 

Pengamat pertahanan, keamanan dan intelijen, Ngasiman Djoyonegoro/Ist
Pengamat pertahanan, keamanan dan intelijen, Ngasiman Djoyonegoro/Ist

Pergantian Panglima TNI seharusnya dilaksanakan oleh Presiden Joko Widodo dalam waktu dekat ini. Pasalnya, pada awal Desember nanti Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa sudah memasuki masa pensiun.


Pengangkatan Panglima TNI merupakan hak prerogatif Presiden. Sehingga, seharusnya tidak ada intervensi dari pihak manapun.

Sejauh ini, pengamat pertahanan, keamanan, dan intelijen, Ngasiman Djoyonegoro, menilai presiden akan melanjutkan tradisi rotasi lintas matra dalam pergantian Panglima TNI tahun ini.

Sejak Reformasi 1998, Panglima TNI dijabat dari tiga matra laut, darat, dan udara secara bergantian. Yaitu Widodo Adi Sutjipto (TNI AL) 1999-2002, Endriartono Sutarto (TNI AD) 2002-2006, Djoko Suyanto (TNI AU) 2006-2007, Djoko Santoso (TNI AD) 2007-2010, Agus Suhartono (TNI AL) 2010-2013.

Dilanjutkan oleh Moeldoko (TNI AD) 2013-2015, Gatot Nurmantyo (TNI AD) 2015-2017, Hadi Tjahjanto (TNI AU) 2017-2021, dan Andika Perkasa (TNI AD) 2021-2022.

"Tradisi bergiliran antarmatra ini saya kira sebagai bentuk hikmat kebijaksanaan yang dipegang teguh oleh para pemimpin kita dan dituangkan dalam undang-undang. Jika melihat rutenya, peluang ada di TNI AL," tutur pria yang akrab dipanggil Simon melansir Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (18/11).

Simon menambahkan, ke depan terdapat dua agenda strategis terkait pertahanan negara. Pertama, pengamanan wilayah laut dan kepulauan dari pencaplokan oleh negara-negara lain.

Di mana potensi eskalasi konflik lintas di kawasan laut Indo-Pasifik cukup tinggi. Ada potensi militerisasi di kawasan tersebut yang disebabkan oleh persaingan antara dua negara Amerika Serikat dan China.

Dukungan penjagaan laut merupakan garda terdepan dalam menjaga kedaulatan, tentu upaya diplomasi tetap dijalankan. Disamping itu, kejahatan trans-nasional, seperti penyelundupan senjata juga terjadi di laut.  

Kedua, imbuh Simon, visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia perlu dilanjutkan. Poros Maritim Dunia bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang besar, kuat, dan makmur melalui pengembalian identitas Indonesia sebagai bangsa maritim, pengamanan kepentingan dan keamanan maritim, memberdayakan potensi maritim untuk mewujudkan pemerataan ekonomi Indonesia.

Aspek pertahanan maritim merupakan aspek pokok dalam mewujudkan visi Poros Maritim Dunia. Sesuai filosofi dalam G20 ada bagian bawah terdapat tulisan G20 Indonesia.

"Tulisan tersebut berwarna biru tua, yang merepresentasikan identitas Indonesia sebagai negara maritim – laut yang luas; kaya sumber daya dan memiliki kekuatan menghubungkan dunia dan bangsa. Sebagai negara maritim, laut sangat dekat dengan kehidupan rakyat Indonesia," ungkap Simon.

Ketiga, Perang Ukraina-Rusia yang sedang berlangsung berdampak pada krisis energi dan pangan telah menghantui negara-negara di seluruh dunia. Indonesia adalah negara yang berpotensi terdampak krisis tersebut.

Secara internal TNI juga memiliki banyak pekerjaan rumah (PR), terutama pada penguatan Minimum Essential Force (MEF) dan teknologi alusista. Tapi yang lebih penting, menurut Simon, seorang Panglima TNI adalah sosok yang memiliki chemistry dan sepemikiran dengan Presiden.