Biar Tidak Ambyar, PKB Disarankan Bangun Hubungan dengan Elite NU dan Gusdurian

Ketua Umum DPP PKB, Abdul Muhaimin Iskandar/Net
Ketua Umum DPP PKB, Abdul Muhaimin Iskandar/Net

Di tengah kehadiran Ketua Umum Partai di acara resepsi 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU) di Sidoarjo Selasa kemarin (7/2), tidak terlihat Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan bangsa (PKB), Abdul Muhaimin Iskandar.


Beberapa ketua Umum Partai yang hadir dari Gerindra, Prabowo Subianto, Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, PPP dan beberapa wakil partai lainnya.

Merespons fakta politik itu, Direktur Riset Indonesia Presidential Studies (IPS) Arman Salam mengibaratkan dengan sebutan ambyar. Kata yang pas bagi Arman, jika PKB tidak didukung kaum nahdliyin.

"Laksana sayur kurang garam hambar. Kelompok atau masyarakat yang fanatik dari kalangan nahdliyin terhadap PKB tidak bisa dianggap enteng atau kacangan sumbangsihnya," demikian kata Arman melansir Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (8/2).

Menurut Arman, kontribusi nahdliyin dalam mendulang suara sangat signifikan. Ia menyarankan agar elite PKB harus memperhatikan dan mengakomodir kepentingan NU.

"Jika tidak ingin wassalam saat pileg nanti karena tidak lolos parlimentary threshold," jelas Arman.

Meski demikian, Arman melihat fanatisme kaum nahdliyin tidak dipengaruhi oleh faktor pencapresan. Dalam setiap perhelatan Pilpres, hal itu biasa terjadi. Apalagi, dalam pertarungan pilpres maupun pilkada yang terjadi lebih mengedepankan figur ketimbang partai.

Untuk lebih mendongkrak elektoralnya, Arman menyarankan PKB mampu membangun hubungan baik dengan elite NU dan juga elite Gusdurian. Dengan cara itu bukan tidak mungkin PKB akan masuk jajaran 5 besar partai di Indonesia.

"Merajut asa kembali secara lebih intens kepada elit Gusdurian, jika itu dilakukan maka PKB akan aman dan masuk pada lima besar partai pemenang pemilu," pungkasnya.


ikuti update rmoljatim di google news