Resmikan Smart Green House di PPLH Seloliman, Bupati Mojokerto Ajak Milenial Minati Pertanian

Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati menyambut baik dengan keberadaan Smart Green House (SGH) di Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman. Ini merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan yang lebih sehat dengan menerapkan teknologi.


Menurut Bupati Ikfina, ada dua hal yang dapat dijadikan pijakan di smart green house adalah pertama mampu mengurangi tenaga kerja, karena di green house semua pekerjaan telah diatur oleh teknologi, sehingga minim tenaga kerja.

Ini yang mendapat perhatian dari Bupati. “Padahal saya sebagai kepala daerah dituntut mampu mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Mojokerto yang saat ini tingkat pengangguran terbuka masih tinggi yakni diatas 5 persen atau setara 200 ribu tenaga kerja,” kata Bupati Ikfina memberikan penjelasan.

Selain itu adanya green house ini, juga membutuhkan tenaga listrik hingga 3.500 watt untuk memperlakukan tanaman yang akan menjadi komiditi pilihan nantinya. Tanaman yang di green house akan mendapat perlakukan khusus, karena memang difokuskan sebagai tanaman organik. Tanaman organik akan akan sangat bagus bagi tubuh, karena jauh dari bahan kimia, bahkan tidak ada bahan kimia.

“Karena background saya dokter, maka saya berbicara tentang tubuh manusia akan sehat bila masukan atau yang dimakan bebas dari bahan kimia, nantinya akan sangat bagus bagi tubuh,” ujarnya kepada Kantor Berita RMOLJatim, Rabu (15/3).

Selain itu kata bupati Ikfina, bila komoditi ini nantinya banyak dipasok ke restoran, tentu akan diterima di restoran yang terpilih. Karena restoran terpilih mengambil bahan dari tanaman yang bagus dan bebas bahan kimia.

Sementara Direktur Yayasan Lingkungan Hidup Seloliman (YLHS), Trawas, Mojokerto, Suroso, menyatakan SGH mendukung kebutuhan untuk menanam sayur organik kelas premium, seperti romaine, lettuce, pokcoy dan lainnya.

Program pertanian digital dengan teknologi Screen House atau Smart Green House (SGH) ini diproyeksikan menjadi pemikat atau meningkatkan minat kaum milenial di sektor pertanian, khususnya di bidang hortikultura.

Adanya SGH, produksi pertanian diharapkan meningkat. Kualitas dan kemasan yang memiliki nilai tambah tinggi, sehingga mampu menembus pasar modern, bahkan untuk ekspor.

SGH bagian dari upaya mendorong digitalisasi pertanian yang tujuan di hilirnya adalah meningkatkan produksi pertanian. Pada penerapannya, pertanian dengan SGH memaksimalkan teknologi digital untuk pengembangan pertanian.

SGH akan menghadirkan pertanian smart farming. Petani nantinya tidak perlu lagi ke lahan pertanian untuk mengontrol tanaman. Kendali pembudidayaan tanaman pertanian bisa dilakukan melalui telepon cerdas berbasis aplikasi android, komputer atau laptop yang terkoneksi dengan jaringan internet.

Di dalam SGH dipasang sejumlah sensor untuk memantau suhu, penggunaan air, hingga kebutuhan cahaya ada dalam rangkaian sistem teknologi. Semuanya diatur melalui sensor yang terhubung ke telepon seluler maupun komputer jinjing.

Adanya teknologi ini, petani dilindungi dari ancaman gagal panen akibat cuaca yang berubah-ubah. Selain itu, penggunaan pupuk dan air akan semakin terukur.

SGH adalah suatu bangunan yang didirikan untuk bercocok tanam yang dapat dipantau secara digitalisasi. Petani dalam bercocok tanam sangat dipengaruhi musim. SGH yang dibangun dari bantuan Ditjen Prasarana dan Sarana Kementerian Pertanian, sangat membantu petani di Kabupaten Mojokerto, khususnya petani dengan budi daya tanaman organik.

Sebab, menurut Kepala Dinas Pertanian Mojokerto, Nurul Istiqomah, tanaman organik ini agak khusus dalam proses penanamannya.

Dengan SGH, kata dia, lebih mudah menanam dan mendapatkan hasil sesuai keinginan. SGH menjawab tantangan di sektor pertanian dengan menghadirkan pertanian modern yang tersemat ciri-ciri yang kental dengan penerapan teknologi dan inovasi yang disesuaikan kondisi dan kebutuhan kegiatan produktif pada sektor pertanian.

Pertanian modern ini berwujud pada pengembangan dan penciptaan inovasi antisipatif yang berpandangan masa depan. Dengan hadirnya pertanian modern melalui program SGH, diharapkan akan lahir petani-petani milenial. Sebab, saat ini profesi petani kurang diminati generasi muda karena dianggap jauh dari modern dan kurang menjanjikan.

Adanya SGH, diharapkan para pemuda atau petani milenial mau terjun ke bidang pertanian karena sudah terdigitalisasi.SGH terdiri dari bangunan yang berlabel green house yang dilengkapi sistem terdigitalisasi.

Petani memanfaatkan SGH untuk menanam sayur organik. Sebab, SGH sangat mendukung budi daya tanaman ramah lingkungan. Pupuk yang digunakan juga merupakan pupuk kandang tanpa pestisida maupun bahan kimia lain.