Wacana pembentukan koalisi besar menarik perhatian publik. Belakangan muncul anggapan poros besar ini sengaja dibentuk untuk memuluskan Prabowo Subianto menjadi capres.
- Gerindra Akui Terbentuknya Koalisi Besar Atas Restu Jokowi
- Koalisi Besar, Potensi Gibran Dampingi Prabowo di Pilpres Mendatang
- Gerindra Juga Keberatan Jokowi Cawe-cawe Pilpres, Hensat: Semoga Tidak Genit Lagi
Namun, menurut pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, langkah Prabowo akan terganjal jika PDIP turut bergabung dalam koalisi besar.
"Agak sedikit rumit kalau dalam koalisi besar ini PDIP jadi bergabung karena keistimewaan Prabowo mungkin akan sedikit berkurang," kata Adi saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (9/4).
Alasannya, jika PDIP bergabung, maka suka tidak suka partai berlambang banteng moncong putih itu secara kepartaian akan jauh lebih kuat dibanding parpol lainnya.
"Apalagi misalnya PDIP mengusulkan nama besar seperti Ganjar untuk diusung sebagai capres, di mana Ganjar itu elektabilitasnya masih di atas Prabowo," jelasnya.
Adi Prayitno juga menyebut, sikap PDI Perjuangan asuhan Megawati Soekarnoputri yang mematok harga mati untuk posisi capres akan menjadi persoalan tersendiri.
"Dalam konteks inilah, Prabowo memang harus bernegosiasi secara alot dengan dengan PDIP ya," pungkasnya.
- Tak Ada Perbedaan Ideologi Partai antara Gerindra dan PDIP, Pertemuan Megawati dan Prabowo Sudah Direncanakan
- Prabowo Terima Pangkat Jenderal Kehormatan, Gus Fawait: Sudah Selayaknya
- Prabowo Dianugerahi Jenderal Kehormatan, PDIP Ungkit Reformasi 1998