Publik diharapkan tidak menyoal kesalehan dari tiga nama calon presiden (capres) yang muncul di sejumlah lembaga survei nasional. Tiga nama itu, adalah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Anies Baswedan.
- Empat Calon Senator Jatim Lolos ke Senayan, Eks Ketua KPK Gagal
- Semangati Kader di Jatim, Airlangga Hartarto: Golkar Harus Bangkit Dan Menang Di Pemilu 2024
- Puan Maharani Ajak Jusuf Kalla Dukung Tokoh Perempuan
Dikatakan Ketua Majelis Pertimbangan PPP Romahurmuziy alias Romy, ketiga capres itu semuanya beragam Islam. Sehingga, menjadi tidak pas ketika keislaman dijadikan patokan menentukan pilihan.
“Tiga-tiganya sama-sama muslim. Jangan kemudian kita mengangkat ini sholatnya bolong-bolong, ini sholatnya rajin. Kemudian itu digunakan untuk ukuran kepemimpinan dia layak atau tidak,” kata Romy dalam acara Catatan Demokrasi TVOne dikutip Rabu (10/5).
Romy menjelaskan, meskipun partainya adalah partai Islam, namun pada urusan memilih pemimpin, tidak hanya didasarkan pada urusan-urusan kesalehan seseorang kepada Tuhannya.
“Dalam Al Ahkamu Shulthoniyah kitab yang menjadi salah satu rujukan untuk tata negara dalam hukum Islam sekalipun, seorang pemimpin yang ahli maksiat pun masih memiliki hak untuk ditaati, sepanjang dia tidak melarang kebebasan beragama,” tegas Romy.
Atas dasar itu, menurut Romy, yang menjadi persoalan krusial sebenarnya adalah kualitas dan kapasitas pemimpin itu sendiri. Bukan urusan kesalehan personal seorang pemimpin.
Tak hanya itu, masih kata Romy, ketika berbicara kualitas pemimpin merujuk sifat-sifat profetik seperti Siddiq, Amanah, Tabligh, Fathonah, sebagai ukuran seorang pemimpin pun ditekankan bukan hanya kesalehan semata. Lebih jauh daripada itu yakni soal integritas pemimpin itu sendiri.
“Ini harusnya menjadi penglihatan dan fokus kita bersama terhadap tiga capres yang nanti akan muncul ini," pungkasnya.
- Kembali Didemo, Polrestabes Surabaya Terima Dua Laporan Polisi Terkait Akun Connie
- Prabowo Menang Tebal di Jatim, Anies dan Ganjar Tak Sampai Lima Juta Suara
- Pemilu Sukses Digelar, Mujadalah Kiai Kampung Tak Mau Tagih Janji