Cak Imin Bukan Representasi Nahdliyin, HISNU Yakin Suara Warga NU Mengalir ke Ganjar

Gus Yusub Hidayat/Ist
Gus Yusub Hidayat/Ist

Meski Anies Baswedan memilih Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar sebagai Cawapresnya, Himpunan Santri Nusantara (HISNU) yakin suara Nahdliyin alias warga Nahdlatul Ulama (NU) khususnya di Jawa Timur akan mengalir ke Ganjar Pranowo.


“Enggak lah! Gak ngaruh apa-apa, kita enggak cemas! Cak Imin kan bukan representasi Nahdlyin,” kata Koordinator Nasional HISNU, Gus Yusub Hidayat di Surabaya, Senin (11/9/2023).

Menurut Yusub, memaknai representasi Nahdliyin tidak bisa dilihat hanya karena Cak Imin ketua umum Parpol yang berbasis warga NU. Banyak variabel, apalagi Nahdliyin ada di mana-mana, menyebar di semua partai.

“Kalau di PKB kan hanya 7 persen menurut survei, itu (Nahdliyin) yang memilih PKB. Dalam konteks Pilpres, saya malah yakin dari 7 persen itu 5 persen di antaranya akan ke Pak Ganjar,” katanya.

Keyakinan Yusub bahwa suara Nahdliyin akan mengalir ke Ganjar Pranowo karena memang memiliki kedekatan secara amaliyah.

“Terlebih warga NU di Jatim, kalau ke Anies ya saya kira orang bisa melihat lah itu. Makanya saya bilang HISNU tidak cemas, gak ngaruh apa-apa (duet Anies-Muhaimin),” ucapnya.

Melihat hasil survei, elektabilitas Cak Imin di Jatim yang mayoritas masyarakatnya warga NU memang tak menggembirakan. Dari hasil survei Surabaya Survey Center (SSC) yang digelar pada 25 Juli-3 Agustus 2023 di 38 kabupaten/kota, keterpilihannya hanya di angka 3,8%.

Bandingkan misalnya dengan keterpilihan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang memuncaki elektabilitas dengan capaian 15,2%. Jauh!

“Ini menunjukkan bahwa, kaum Nahdliyin tidak terlalu menginginkan Cak Imin sebagai Cawapres untuk Pemilu 2024. Bahkan sebaliknya, posisi elektabilitas AHY jauh lebih tinggi, Erick Thohir jauh lebih tinggi di angka 15%,” kata Peneliti Senior SSC, Ikhsan Rosidi.

“Sehingga tesis bahwa Cak Imin adalah representasi suara pemilih Jatim dan Nahdliyin masih sangat rentan untuk terbantahkan, kalau tidak boleh kita katakan tidak tepat atau jauh panggang dari api,” tandasnya.

Secara nasional, dari hasil survei periodik Litbang Kompas, elektabilitas Cak Imin selama Januari hingga Agustus 2023 bahkan belum pernah menyentuh 1%. Pada Januari hanya meraih 0,2%, kemudian naik tipis menjadi 0,3% pada Mei, dan menjadi 0,4% pada Agustus.

Karena itu, Yusub menekankan, inilah saatnya warga NU memiliki presiden dengan memenangkan Ganjar di Pilpres 2024.

“Pak Ganjar itu kan punya latar belakang dari keluarga besar NU. Sentuhan kebijakan dan komunikasinya itu kepada para kiai dan masyayikh sudah ditunjukkan di Jateng. Kalau waerga NU ingin punya presiden, ya pilih Pak Ganjar!” tegasnya.