Kota Surabaya terus melakukan berbagai upaya untuk menuju Kota Layak Anak Dunia atau jaringan global Child Friendly Cities Initiatives (CFCI) UNICEF.
- HUT ke-79 TNI di Surabaya, Pangkoarmada II: Transformasi TNI Menuju Kekuatan Pertahanan Modern
- Kapok Sahli Pangdam Brawijaya Hadiri Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Gedung Negara Grahadi
- Paparan 2 Anak Surabaya Diapresiasi Dunia, Berbagai Negara Ingin Belajar Kota Ramah Anak ke Kota Pahlawan
Salah satu yang saat ini tengah digencarkan adalah transisi PAUD ke SD yang menyenangkan, sebuah program penyelarasan pembelajaran dari tingkat PAUD ke tingkat SD yang dibikin menyenangkan.
Program yang dimotori oleh Bunda PAUD Kota Surabaya itu bertujuan agar peserta didik tidak perlu melakukan banyak penyesuaian saat berpindah menjadi peserta didik SD, dan juga agar peserta didik SD yang tidak pernah mengikuti PAUD tetap dapat terpenuhi haknya untuk mendapatkan kemampuan fondasinya.
Bunda PAUD Kota Surabaya Rini Indriyani Eri Cahyadi mengatakan bahwa program ini sangat penting karena transisi dari PAUD ke SD adalah salah satu momen kritis dalam kehidupan anak. Transisi ini menuntut anak untuk beradaptasi dengan lingkungan, kurikulum, metode, dan tuntutan yang berbeda dari sebelumnya.
Jika transisi ini tidak dilakukan dengan baik, maka anak bisa mengalami stres, kecemasan, ketakutan, penurunan motivasi, dan bahkan yang paling parah menolak sekolah atau tidak mau sekolah. “Hal ini tentu akan berdampak negatif bagi perkembangan dan prestasi belajar anak,” kata Bunda Rini beberapa waktu lalu.
Menurutnya, selama ini masih banyak praktek PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) serta pembelajaran yang belum mencerminkan pemahaman bahwa membangun kemampuan fondasi, mulai dari kematangan sosial emosional, kemampuan literasi dan numerasi dasar, serta kemampuan fondasi lainnya merupakan suatu proses bertahap dan berkelanjutan yang dibangun sejak PAUD hingga SD kelas awal.
Bagi dia, membangun kemampunan fondasi merupakan bentuk pengenalan pertama anak terhadap nilai-nilai baik yang dimiliki dan tertuang dalam Profil Pelajar Pancasila. Namun, karena PAUD belum wajib belajar dan setiap anak berhak mendapatkan pembinaan kemampuan fondasi, maka perlu dan dapat terus dibangun secara berkelanjutan hingga SD kelas awal.
“Kemampuan fondasi ini dapat dibina menggunakan struktur kurikulum PAUD maupun SD, sehingga secara sistemik menjadi bagian dari pembelajaran dan pembiasaan di satuan PAUD mapun SD,” katanya.
Ia juga menjelaskan secara rinci enam kemampuan fondasi anak. Pertama, mengenal nilai agama dan budi pekerti, seperti mengenal konsep Tuhan Yang Maha Esa dan kewajiban seorang hamba untuk beribadah serta bersedia menjalin interaksi dengan teman sebaya.
Kedua, keterampilan sosial dan bahasa, seperti mengucapkan kata “tolong, maaf dan terimakasih”. Ketiga, kematangan emosi, seperti sudah belajar sabar menunggu atau antri dan juga sudah fokus memperhatikan guru saat memberikan materi.
Selanjutnya yang keempat, pemaknaan terhadap belajar yang positif, seperti senang datang ke sekolah, mau mencoba kembali dan memperbaiki pekerjaan jika melakukan kesalahan dan sudah mulai berani bertanya.
Kelima, pengembangan keterampilan motorik dan perawatan diri, seperti tahu barang miliknya, membereskan tas sendiri, dan menjaga kebersihan diri sendiri. Keenam, kematangan kognitif yang cukup untuk melakukan kegiatan belajar, seperti sudah bisa menyampaikan gagasan dan pendapatnya.“Enam kemampuan fondasi anak ini adalah hak setiap anak dan kita harus memenuhinya,” tegasnya.
Di Kota Surabaya, lanjut Rini, gerakan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan ini sudah dilaksanakan dengan melibatkan berbagai pihak, seperti 16 OPD Gugus Tugas PAUD HI, sekolah-sekolah PAUD dan SD, guru-guru PAUD dan SD, Kader TP PKK, orang tua, dan masyarakat. Bahkan, ia memastikan pihaknya sudah melakukan sosialisasi, pelatihan, bimbingan, monitoring, dan evaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa gerakan ini berjalan dengan lancar dan efektif.
“Bahkan, di Surabaya saat ini proses penerimaan peserta didik baru pada pendidikan dasar (SD/MI) sudah menghilangkan tes calistung, terus juga menerapkan masa perkenalan bagi peserta didik baru selama 2 minggu pertama, dan juga menerapkan pembelajaran yang membangun enam kemampuan fondasi anak yang dibangun secara kontinue dari PAUD hingga kelas 2 SD,” tegasnya.
Rini juga memastikan Pemkot Surabaya telah melakukan berbagai kegiatan untuk mendukung gerakan ini, baik dari sisi kebijakan, anggaran, fasilitasi, maupun advokasi. Salah satu yang sudah dilakukan adalah sosialisasi dan advokasi ke seluruh satuan pendidikan PAUD (TK/KB/TPA/PPT/RA/BA) dan SD, baik negeri maupun swasta.
Melaksanakan coaching clinic terkait gerakan ini, pembentukan Forum Komunikasi PAUD-SD, dan penyusunan Instruksi Wali Kota, Surat Edaran, dan SOP Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan.
Selain itu, pemkot juga menggelar seminar transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan dan Parenting Akbar Bersama Elly Risman, Gebyar Kreativitas Anak PAUD, Sekolah Orang Tua Hebat di 153 Kelurahan, dan Surat Edaran kepada semua sekolah dasar negeri dan swasta di Kota Surabaya untuk menghapus tes calistung atau tes baca tulis hitung dari proses penerimaan peserta didik baru.
“Kami juga sempat berkolaborasi dengan Kidzania Surabaya untuk menggelar praktik belajar yang menyenangkan bagi anak-anak PAUD, dengan mengenalkan berbagai profesi dan aktivitas yang sesuai dengan minat dan bakat mereka,” imbuhnya.
Di samping itu, satuan pendidikan juga sangat penting untuk mendukung program ini. Makanya, salah satu yang harus dilakukan oleh satuan pendidikan adalah berkoordinasi dengan berbagai pihak di satuannya untuk menyiapkan tahun ajaran baru serta menguatkan transisi PAUD-SD dengan menggunakan sumber belajar yang sudah disiapkan oleh Kemdikbudristek.
Selain itu, harus juga memahami bahwa baca tulis hitung hanyalah bagian sempit dari kemampuan literasi numerasi, dan bahwa ada aspek kemampuan lain yang sangat penting untuk dibangun, seperti kematangan emosi dan kemandirian untuk berkegiatan di lingkungan belajar.
“Satuan pendidikan juga tidak boleh melabelkan anak berdasarkan capaiannya karena setiap anak memiliki laju perkembangan dan kesempatan belajar yang berbeda dan memastikan setiap anak mendapatkan haknya untuk memiliki kemampuan fondasi. Perlu juga pihak sekolah menyampaikan pentingnya dukungan dari rumah dalam komunikasi dengan orang tua/ wali murid agar anak mendapatkan pengalaman pembinaan yang berkesinambungan sejak satuan pendidikan hingga di rumah,” imbuhnya.
Karenanya, peran orang tua juga sangat penting dalam program transisi PAUD ke SD yang menyenangkan ini. Bahkan, Rini menyebut peran orang tua sangat penting dalam membantu anak mereka dalam transisi dari PAUD ke SD.
Transisi ini bisa menjadi momen yang menantang bagi anak-anak, dan dukungan orang tua dapat membuat proses ini lebih lancar dan positif. “Makanya, kolaborasi antara Pemkot Surabaya, Bunda PAUD, pihak sekolah dengan para wali murid akan mengantarkan anak-anak kita menjadi anak-anak yang luar biasa di masa mendatang,” pungkasnya. (Adv)
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- HUT ke-79 TNI di Surabaya, Pangkoarmada II: Transformasi TNI Menuju Kekuatan Pertahanan Modern
- Kapok Sahli Pangdam Brawijaya Hadiri Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Gedung Negara Grahadi
- Pemkot Surabaya Gelar Upacara Hari Kesaktian Pancasila, PJs Wali Kota Restu Berharap Masyarakat Teladani Nilai-Nilai Kemanusiaan