Fenomena Pilpres Satu Putaran, Masyarakat Lelah dengan Kegaduhan Politik

Spanduk satu putaran/ RMOlJatim
Spanduk satu putaran/ RMOlJatim

Puluhan spanduk yang berisi kekecewaan akibat hiruk pikuk perpolitikan, terpasang di beberapa ruas jalan kota Surabaya


Spanduk itu bertuliskan "Wes Rek Pilpres Satu Putaran Wae. Mohon Ampun, Kami Capek Ribut. Hemat 17 Triliun". 

Hargianto, salah satu pemasang spanduk mengaku, sengaja ia dan kawan-kawannya menampilkan tulisan tersebut sebagai bentuk kekecewaan.

"Setiap Pemilu selalu ribut. Menang kalah, ujungnya nanti ada gugatan di MK," kata Hargianto, Sabtu (10/2).

Hargianto berharap agar Pemilu cepat selesai atau satu putaran. Alasannya, selain mengurangi keributan antar masyarakat pendukung, juga mengurangi anggaran yang dikeluarkan.

"Trilliun itu nggak sedikit. Coba kalau anggaran itu untuk kebutuhan masyarakat, tentu lebih berfaedah,' ungkapnya.

Saat ditanya siapa yang akan dicoblos, Hargianto memilih simpel.

"Ya, yang saya coblos yang hasil surveinya tinggi. Biar cepat selesai keributan ini," tegasnya.

Sementara pengamat Politik Universitas Airlangga Surabaya, Fahrul Muzaki mengatakan, ada tiga poin yang bisa dipetik dari beredarnya spanduk tersebut. Bahkan sebelumnya ia juga memprediksi akan ada munculnya spanduk semacam itu.

"Saya tidak kaget. Fenomena satu putaran bakalan muncul. Bukan semata mata pertimbangan mendukung siapa ya. Melainkan lebih pada pertimbangan lain. Ada 3 hal saya melihatnya," ujar Fahrul saat dikonfirmasi. 

Yang pertama adalah, pertimbangan anggaran negara maupun kontestan itu tidak sedikit. Yang kedua adalah secara psikologis maupun secara fisik. Dimana energi ang dikeluarkan untuk penyelanggaraan pemilu sangat besar sekali, sehingga masyarakat sudah mulai lelah. 

"Yang ditemui di media konvensional televisi radio dan online, koran termasuk medsos itu isinya berantem terus. Saling menghina, saling mengejek, itu secara sosial membuat kehidupannya jadi tidak nyaman,” ujarnya. 

Kemudian, masih kata Fahrul, sebentar lagi memasuki bulan Ramadhan, tentu menjadi pertimbangan. Masyarakat pasti berharap bisa melewati Ramadhan dengan suasana tenang dan nyaman. Artinya, siapa pun yang nanti jadi pemenang yang penting satu putaran agar tidak ada kegaduhan lagi, tidak peduli siapa pemenangnya.

“Yang ketiga adalah pembangunan. Kalau sampai dua putaran, maka selama dalan setahun, hanya diisi oleh kegiatan pemilu. Sebab sekarang juga sudah menunggu Pilkada. Kalau Pilpres belum selesai juga, maka kesempatan untuk pembangunan juga terlambat,” sambungnya. 

Namun, Fahrul tidak menampik jika poster tersebut ada pendapat lain dari masyakarakat. 

“Bisa saja ada masyarakat ada yang berpendapat lain, mungkin itu mengarah pada paslon tertentu,” tutupnya.