SEBAGAIMANA saat melawan gerilyawan Viet Cong di Vietnam, walaupun seluruh dunia menyimpulkan tentara Amerika kalah, kemudian ditarik pulang dengan kepala tertunduk karena beratnya beban rasa malu yang harus ditanggung.Akan tetapi terhadap rakyatnya sendiri pemerintah Amerika tidak mengakuinya, atau paling tidak berusaha untuk menutup-nutupinya, sebagaimana terus digambarkan melalui film-film yang diproduksi oleh Hollywood.
- Ridwan Kamil Pimpin Shalat Jenazah untuk Eril di Gedung Pakuan Bandung
- Situasi Makin Gawat, China Perintahkan Warganya Segera Tinggalkan Ukraina
- Kecelakaan Maut di Tuban: 5 Meninggal, Diduga Sopir Kurang Konsentrasi
Halilzad mengungkapkan bahwa Amerika akan menarik pulang 5.400 prajuritnya dari Afghanistan dalam 20 minggu, sebagai bagian yang paling pokok dalam kesepakatannya dengan Taliban.
Meskipun demikian, ia menambahkan bahwa kesepakatan ini masih memerlukan persetujuan resmi dari Presiden Donald Trump. Pernyataannya ini harus dipandang sebagai bentuk kehati-hatian, jika muncul kejadian yang tak terduga, sehingga bisa digunakan sebagai exit door, mengingat selama negosiasi berlangsung, ia terus menerus berkonsultasi dengan Washington.
Kehadiran tentara Amerika di Afghanistan selama 18 tahun kini berakhir teragis. Hal ini semakin meneguhkan julukan Afghanistan sebagai neraka bagi bangsa-bangsa besar.
Sebelum Amerika, Uni Soviet dan Inggris, telah lebih dahulu merasakan ganasnya tanah tandus yang bergunung-gunung yang mendominasi negeri bernama Afghanistan ini.
Kini masa depan negeri ini berada di tangan Taliban. Ada sejumlah tantangan yang tentu tidak mudah untuk diselesaikan. Akan tetapi Taliban tidak punya pilihan lain.
Pertama, Taliban harus berhenti menggunakan senjata, dan mulai belajar menyelesaikan masalah dengan pendekatan politik dan diplomasi.
Kedua, pemerintahan yang kini berkuasa di Kabul. Walaupun sementara ini, Taliban menganggapnya sebagai pemerintahan boneka buatan Amerika, ke depan Taliban harus mau bernegosiasi, berkompromi, dan berbagi kekuasaan.
Ketiga, Taliban juga harus merangkul berbagai kekuatan politk berbasis suku. Paling tidak ada empat suku besar yang berpengaruh, antara lain: Pasthun dengan populasi penduduknya sebesar (42,1 %), Tajik (33,6 %) Uzbek (10,6 %), Hazara (9,8 %), lain-lain (3,9 %).
Apalagi masing-masing suku memiliki patron dan dukungan dari negara-negara lain, terutama yang menjadi tetangganya.
Keempat, Taliban harus menyadari paham keagamaan yang dianutnya saat ini berbasis pada fiqih yang muncul di abad pertengahan.
Paham kegamaan ini sangat puritan, kaku, antisain dan teknologi, serta menempatkan perempuan hanya di ruang domestik.
Paham keagamaannya mirip dengan "Salafi" atau "Wahabi" yang kini mulai ditinggalkan di Saudi Arabia.
Saya meyakini, Taliban saat ini sudah banyak berubah di banding saat berkuasa dulu. Semoga keyakinan saya ini tidak keliru. Wallahua'lam.
Penulis adalah Pengamat Politik Islam dan Demokrasi
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Usai Erupsi Semeru, Gunung Merapi Siaga Level III
- Amankan Shalat Tarawih di Puncak Jaya, Dua Prajurit Tewas Ditembak KST
- Polisi Buru Pelaku Begal Payudara