Masyarakat Tionghoa terus berdatangan ke Wihara Dharma Bakti, Jalan Kemenangan III Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat, hingga Sabtu siang ini (25/1).
- Waspadai Gempa Susulan di Bawean, BPBD Jatim Siapkan Tenda Darurat Di Pengungsian
- Cerita Korban Selamat APG Gunung Semeru, Darmuji: Saya Mendengar Suara Gemuruh Keras Seperti Pesawat, Kami Ketakutan
- Data Korban Semeru: 22 Orang Ditemukan Meninggal dan 27 Masih Hilang
Kedatangan mereka tidak lain dan tidak bukan ialah untuk merayakan Imlek ke 2571. tahun ini bertepatan tegan tahun tikus logam.
Salah seorang warga Jembatan Dua, Jakarta Barat, Iren, mengaku bahagia bisa merayakan hari raya Imlek dengan bebas dan khidmat..
Kebahagian yang dirasakan Iren itu tentu tidak terlepas dari warisan sejarah Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
"Sosok Pak Gus Dur itu sih sebagai Pahlawan bangsa sih menurut kita. Karena kita sebagai minoritas sangat bersyukur bisa merayakan hari raya Imlek dengan legal lah," ucap Iren saat ditemui seusai melakukan Sembahyang di Wihara Dharma Bakti.
Dibandingkan perayaan Imlek dahulu, Iren sempat merasakan perayaan Imlek yang tertutup. Sebab pada saat sebelum Gus Dur mencabut Inpres 14/1967, warga Tionghoa dilarang merayakan Imlek.
"Bahkan kita harus ngumpet-ngumpet," katanya.
Atas kebijaksanaan Gus Dur itu, Iren mengaku bersyukur bisa merayakan hari besar Tionghoa.
Dengan perayaan yang terbuka, kata dia, masyarakat Tionghoa dapat memperkenalkan tentang budaya dan memelihara kehidupan yang harmonis dalam keberagaman.
"Kita sebagai orang Tionghoa sangat berterima kasih karena kita bisa merayakan Imlek dengan keluarga, dengan sesama gitu," pungkasnya, dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL [R
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Langkah Bersejarah, Jerman Pasok Ratusan Rudal dan Seribu Senjata Anti-Tank ke Ukraina
- Emak-Emak Asal Banyuwangi Tabrak Mahasiswa, Mobil dan Motor Masuk Jurang
- Sambut Ramadan, Icha Christy Rilis Single Terbaru