Pemilu tahun ini turut mengangkat pertumbuhan perekonomian di Jawa Timir (Jatim). Pada triwulan pertama, Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim mencatatkan perekonomian di provinsi ini tumbuh hingga 5,51 persen.
- Bank BTN Resmikan Sentra Proses UMKM di Surabaya
- Indonesia Ajukan Utang Lagi ke China untuk Selesaikan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
- Uni Eropa Larang Semua Layanan Kripto untuk Rusia
"Terkontraksinya komponen tersebut disebabkan oleh penurnan impor migas dan beberapa komoditas non migas seperti mesin/ peralatan listrik dan alumninium. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada pengeluaran Konsumsi konsumsi Lembaga Non Profit Melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 11,21 persen,†kata Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono dikutip Kantor Berita , Kamis (9/5).
Menurutnya, tingginya pertumbuhan LNPRT, dipengaruhi kegiatan politik. Dia kemudian menyebutkan tentang kegiatan kampanye calon anggota dewan dan kampanye parpol capres dan cawapres yang disebut paling banyak berkontribusi atas tingginya konsumsi LNPRT.
Kenaikan ini juga disebabkan oleh kegiatan keagamaan seperti Imlek dan Nyepi yang berlangsung pada awal tahun.
Secara years on years, pada triwulan I/2018 pertumbuhan ekonomi Jawa Timur mencapai 5,42 persen atau lebih tinggi dibanding triwulan I/2017 yang hanya 5,27 persen. Secara umum, kata dia, sektor pendongkrak kenaikan pertumbuhan ekonomi Jatim terdiri ada tiga jenis.
Mulai dari usaha kesehatan yang mencapai 7,86 persen, industri 7,28 persen, dan penyediaan makan serta minuman sebesar 6,87 persen. Cuaca ekstrem yang memicu banjir di beberapa daerah juga ikut memicu pertumbuhan lapangan usaha jasa kesehatan di kuartal I.
Sedangkan untuk industri, pertumbuhan masih didominasi oleh perusahaan pengolahan seperti makanan-minuman, tekstil, dan percetakan. Momen lebaran dan pemilu tampaknya mendorong tumbuhnya tiga industri tersebut di Jawa Timur.
Perekonomian Jawa Timur Triwulan 1-2019 diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku, mencapai Rp 561,55 triliun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp 396,47 triliun.
Meski tumbuh cukup bagus di years on years, menurut Teguh, untuk quartal to quartal tidak begitu menggembirakan. Dari kuartal IV/2018 ke kuartal I/2019, pertumbuhan ekonomi tipis di 0,13 persen. Tidak lebih tinggi dibanding dari kuartal IV/2017 ke kuartal I/2018 yang mencapai 0,26 persen.
"Begitu pun dari kuartal IV/2016 ke kuartal I/2017 yang menyentuh 0,59 persen. Dari Triwulan IV/2018 ke triwulan I/2019 ada kenaikan 0,13 persen, atau dari Rp 395,96 triliun menjadi Rp 396,47 triliun,†papar Teguh.
Sementara untuk pendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi quartal to quartal adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang paling tinggi. Sektor ini mampu tumbuh sebesar 14,81 persen.
"Awal musim panen di kuartal I ini ditengarai menjadi penyebab meningkatnya bidang agro tersebut. Kemudian pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang tunbuh 1,41 persen, dan jasa keuangan tumbuh 1,83 persen,†pungkasnya.[isa/aji
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- BLC Desa Tanggulwelahan Menang di Even Nusantara Festival Koperasi dan UMKM 2022
- BTN Terapkan 6 Inisiatif Strategis Jadi Bank Modern
- bank bjb dan Pertamina Retail Jalin Sinergitas Kerjasama Bisnis