Ibrahim (43), pria kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur sudah puluhan tahun menggeluti profesi sebagai sopir bus antarkota. Melalui profesinya ini, tak jarang ia juga menjadi sopir lintas Jawa.
- Komunitas Diajeng Rayakan Hari Jadi dengan Gowes Berkebaya Keliling Kota
- Ribuan Wisatawan Padati THP Kenjeran Surabaya selama Libur Lebaran
- Ini Bentuk Kepedulian Disbudpar Jatim Pada Pekerja Seni
Baginya, Lebaran harus jauh dari orang-orang tercinta adalah kenyataan pahit yang harus ditelan selama hampir 12 tahun menjalani profesi 'mengantarkan pemudik' setiap tahunnya.
"Kami enggak pernah mudik, kami malah nganterin penumpang mulu," ujar Ibrahim saat ditemui di Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (4/6).
"Kami mudiknya setelah (orang-orang) libur, baru mudik," sambungnya.
Bagi Ibrahim, dirinya hanya akan tetap berjuang mengais recehan untuk anak istri dirumah.
Pria tangguh beranak tiga ini mengaku sudah kebal menahan rindu dan haru ketika lebaran tanpa kehangatan keluarga di sampingnya.
"Emang udah dari dulu begitu, udah keballah istilahnya, udah tahan banting. Ada lah kurang lebih 12 tahun (jadi sopir)," ucap Ibrahim dengan nada lirih.
Meski sudah biasa berlebaran di jalan, namun ia tak bisa menutupi kerinduannya kepada sanak saudara di kampung halaman.
Namun, apalah daya tugas dan tanggung jawab seorang sopir antarkota dan lintas Jawa ini harus dihadapinya demi membuat orang-orang yang dicintainya tetap tersenyum.
"Kangen pasti, semua kangen kalau memang istilahnya boleh ya kami kan minta ini (libur). Tapi kan kami terbentur dengan tugas. Kalau tugas kan semuanya udah enggak bisa diganggu gugat," tutupnya.[aji
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Tingkatkan Daya Tarik Wisata, Pemkot Surabaya Tata Ulang Taman Harmoni
- Upaya Wagub Sumut Bangkitkan Kembali Roda Perekonomian
- Dorong Wisata Bromo, Kementrian Pariwisata Terapkan Gerakan BISA