Serangan dari buzzer atau pendengung di media sosial yang membunuh karakter pengkritik pemerintah membuat geram tokoh senior DR. Rizal Ramli.
- Pakar Hukum Tata Negara: Status Pendaftaran Pasangan Prabowo-Gibran Tetap Konstitusional
- Puluhan Ulama dan Habib Datangi DPRD Jatim, Tuntut Pemilu Diulang Karena Terjadi Kecurangan
- Ketua Fraksi Demokrat Puji Penampilan Emil Dardak Di Debat Pilgub Jatim
Pasalnya, serangan yang dilakukan buzzer justru membunuh demokrasi, yang seharusnya mengutamakan dialog untuk kemajuan bangsa.
Sementara jurus yang digunakan buzzer umumnya sebatas mengolok-olok pribadi pengkritik dengan hal-hal yang tidak substansial. Tujuannya agar pesan yang disampaikan jadi buyar.
Tidak terkecuali serangan yang diterima oleh Rizal Ramli selama ini. Di mana bunyi dari serangan buzzer itu seragam. Yaitu “menteri pecatan”.
“Menteri pecatan” didengungkan karena Rizal Ramli hanya sebentar menjabat menteri di era pemerintahan Jokowi.
Menanggapi itu, Menko Perekonomian era Gus Dur tersebut menekankan bahwa seorang menteri bisa saja tidak cocok dengan presiden yang memimpin pemerintahan. Di Indonesia, sudah banyak contohnya.
“Ini soal pecatan buat yang kurang wawasan dan oon. SBY dipecat Megawati, Jusuf Kalla dan Wiranto dipecat Gus Dur, Prabowo Subianto dipecat Habibie,” ujarnya kepada redaksi, Kamis (7/10).
Rizal Ramli menekankan bahwa pemecatan menteri atau lebih tepatnya perombakan menteri merupakan hal yang wajar dan biasa dalam politik. Hal itu juga bukan pertanda menteri memiliki dosa besar pada rakyat Indonesia.
Terpenting menteri tersebut dipecat bukan karena kasus korupsi dan pelanggaran hukum lainnya.
“Jadi ini sering terjadi karena perbedaan kebijakan dan style. Yang penting integritas terjaga,” tutupnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Kondisi Ekonomi yang Tidak Menentu dan Biaya Wisuda: Beban Tambahan bagi Masyarakat Menjelang Lebaran
- Jokowi Bakal Reshuffle Nasdem Karena Tidak Suka Dukung Anies Baswedan
- Gelar Doa Bersama Lintas Agama, TPD Jatim Optimis Ganjar-Mahfud Menang 60 Persen Di Jatim