Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memastikan kandungan yang ada di dalam cairan disinfektan, baik yang disemprot maupun yang terdapat dalam bilik sterilisasi itu aman.
- Bank Jatim Sukseskan Program Vaksinasi Hingga Pulau Bawean
- Animo Masyarakat Surabaya Tinggi, 4 Hari Libur Pengurusan Adminduk Tembus 7.549 Layanan
- Angka Pengangguran di Surabaya Turun, Wali Kota Eri: Berarti APBD Berhasil
Hal ini disampaikan oleh Ketua Departemen Farmasetika Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga Surabaya (Unair), Retno Sari.
Ia menyatakan selama ini digunakan untuk penyemprotan di bilik sterilisasi atau bilik disinfeksi, sebenarnya itu adalah benzalkonium chloride.
Prinsipnya dia merupakan kelompok senyawa ammonium quarterner yang bersifat surfaktan.
"Surfaktan artinya dia akan mempengaruhi permukaan. Biasanya kalau sabun itu termasuk surfaktan. Bahan aktif sabun itu termasuk surfaktan. Artinya kalau kita mencuci tangan dengan sabun, itu bahan-bahan yang lemak protein itu akan berikatan kemudian dia akan terjadi menggumpal kemudian akan merusak," kata Retno Sari dalam keterangan resmi yang diterima Kantor Berita RMOLJatim, Minggu (29/3).
Dalam hal ini, Retno Sari menjelaskan, bahwa virus merupakan makhluk hidup atau not living organism yang tidak ada dinding selnya namun ada lapisan proteinnya.
Sehingga kalau protein itu terkena bahan yang sifatnya mempengaruhi sifat permukaannya, maka dia akan menggumpal dan rusak.
"Jadi bahan yang digunakan selama ini untuk bilik itu tentu saja dengan kadar yang aman. Kalau ada yang menyampaikan ada efek samping dan sebagainya semua bahan akan digunakan tidak sesuai dengan kadarnya itu pasti ada efek sampingnya," jelas Retno Sari.
Karena itu, Retno Sari kembali memastikan, bahwa kandungan yang ada di dalam cairan disinfektan, baik yang disemprot maupun yang terdapat di dalam bilik sterilisasi itu aman.
Soal kekhawatiran masyarakat sekarang terkait hal itu, sudah tidak perlu diragukan lagi.
"Bahwa cairan desinfeksi yang dipakai bilik chamber itu cukup aman dan sesuai dengan takarannya," terangnya.
Namun demikian, ia juga memaparkan, bahwa proses disinfeksi berbeda dengan sterilisasi.
Kalau sterilisasi, maka harus benar-benar steril dan mikrobanya harus 0. Sedangkan disinfeksi, hanya menurunkan jumlah bakteri virus sampai dia tidak membahayakan kesehatan.
Meski bahan yang digunakan sama, baik yang di bilik sterilisasi maupun yang disemprot, namun ia juga tetap menganjurkan masyarakat untuk mandi dan cuci tangan jika sampai di rumah.
"Dalam situasi seperti ini kan semua upaya dilakukan untuk meminimalisir resiko. Jadi pengendaliannya sudah ketat ya. Di dalam peraturan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terdapat pedoman yang menyebutkan terkait panduan kegiatan menjaga kebersihan lingkungan dan langkah-langkah disinfeksi dalam pencegahan virus Covid-19. Juga berdasarkan WHO tahun 2020. Kemudian bahan-bahan tadi itu juga membunuh virus bakteri dan jamur," imbuhnya.
Hal yang sama diungkapkan oleh Profesor Nidom Foundation (PNF). Ia menyatakan, bahwa bahan disinfektan yang digunakan Pemkot Surabaya ini aman.
Sebab, benzalkonium chloride yang terkandung dalam disinfektan itu masuk dalam golongan ammonium quartener, dan itu aman untuk manusia karena levelnya tingkat rendah.
“Insya allah aman untuk manusia, intinya aman asal campurannya benar,” kata Prof Nidom.
Meski benzalkonium chloride ini juga dimanfaatkan untuk penyemprotan kandang binatang, namun Guru Besar Unair Surabaya ini memastikan, bahwa di dalam aturan umum disinfektan itu tidak ada masalah jika digunakan untuk manusia.
Tapi, yang terpenting adalah tujuannya untuk membunuh mikroorganisme.
“Nah, kebetulan mungkin banyak dipasarkan di wilayah peternakan, tapi itu tidak ada masalah. Insya allah aman,” pungkasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Anak Surabaya Mengidap Diabetes Melitus Meningkat, Ini Harapan Wali Kota Eri
- Bersama PCNU, Polres Kediri Kota Bagikan Bantuan Sembako Ke 50 Warga Terdampak PPKM Darurat
- Untuk Kemajuan Surabaya, PDI Perjuangan Tampung Aspirasi Masyarakat