Gus Sholah Bantah Soal Kesepakatan Ulama Mentakdzir Ma’ruf Amin

Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang, KH Sholahudin Wahid atau biasa disapa Gus Sholah cukup kaget dengan viral adanya kesepakatan ulama-ulama di Pasuruan 16 Februari lalu.


"Itu hanya tulisan wartawan yang tidak berdasarkan kenyataan,” sebut salah satu sesepuh Nahdlatul Ulama ini.
 
Tidak berdasar kenyataan karena, lanjut Gus Sholah, ulama yang berpendapat seperti itu hanya satu orang saja. Bukan semua peserta Halaqoh. "Yang bicara seperti itu hanya satu orang,” ungkapnya.
 
Seperti ramai diberitakan sebelumnya, Halaqah V Komite Khitthah 1926 NU di Pasuruan itu muncul suara untuk bersikap keras kepada Ma’ruf Amien.
 
"Karena itu, kalau di lingkungan pesantren Kiai Ma’ruf ini harus ditakdzir. Di pesantren, kalau ada santri melanggar aturan, bisa digundul atau disuruh nimbo jeding (isi bak kamar mandi red.). Menurut saya takdzir untuk Kiai Ma’ruf ya.., jangan dipilih, biar tidak ditiru yang lain,” demikian disampaikan KH Hamim salah seorang peserta halaqah usai mendengarkan taushiyah KH Tholchah Hasan (Malang).
 
Di samping itu, jelasnya, harus ada produk bahtsul masail yang mengkaji secara serius pelanggaran khitthah ini. Produk bahtsul masail tersebut bisa menjadi pegangan kuat dalam upaya menegakkan khitthah NU. Dari situ sosialisasi kepada nahdliyin terus dilakukan.
 
"Sebagaimana taushiyah KH Tholchah Hasan, sekarang ini harus ada yang berani mengingatkan pengurus NU. Kondisi sekarang ini sama dengan kondisi tahun 1970-an. Faktanya dari atas sampai bawah pengurus NU (mayoritas) sudah menyimpang,” tegasnya.
 
Hal yang sama disampaikan KH Nur Maymoun, Pengasuh PP Miftahul Ulum, Sumenep, Madura. Menurut Kiai Nur, keputusan Kiai Ma’ruf meninggalkan posisi Rais Aam tanpa ada musyawarah, ini merupakan pelanggaran berat AD/ART. Logikanya, mau jadi Rois Aam saja, jabatan politik harus dilepas. Lha ini sudah jadi Rois Aam malah lompat ke politik.
 
"Saya kira memang harus diberi sanksi, bahasa santrinya ‘dipares’ atau ditakdzir. Digunduli saja suaranya, jangan dipilih. Kalau sampai Kiai Ma’ruf menang, maka, ke depan NU akan selalu dipakai alat politik, bahaya,” jelas Kiai Nur.
 
Hadir dalam halaqah V adalah KH Tholchah Hasan, KH Salahuddin Wahid (Gus Solah), KH Abdulloh Siroj (anggota Majelis Keluarga Pondok Pesantren Sidogiri), KH Suyuthi Toha (santri Mbah Maemoen Zubair), KH Abdullah Muchit, Prof Dr Ahmad Zahro, H Choirul Anam (Cak Anam), Prof Dr Rahmat Wahab, Prof Dr Nasihin, KH Luthfi Basori (Gus Luthfi), dan Ketua Pelaksana Halaqah Komite Khitthah H Agus Solachul A’am Wahib (Gus A’am Wahib) yang notabene putra Menteri Agama RI ke-8 Almaghfurlah KH Wahib Wahab.[aji

 

ikuti terus update berita rmoljatim di google news