Pemerintah diminta tegas dalam menangani dugaan kecurangan yang dilakukan sejumlah pengusaha Tiongkok di Bali.
Presidium Persatuan Pergerakan, Andrianto bahkan menyebut, jika tidak ditertibkan, maka kejadian itu bisa saja diulangi lagi. Andrianto mengatakan, bahwa praktik curang yang dilakukan pengusaha Tiongkok merupakan bukti Indonesia terkena imbas dari perang dagang antara negara negara komunis itu dengan Amerika Serikat.
Kedua negara tersebut, sambungnya, tengah berlomba menjadikan Indonesia sebagai ladang berdagang. Sebab, Indonesia berisi ratusan jiwa penduduk yang masih konsumtif.
"Jadi kita cuma jadi alat, objek mereka," tegasnya saat berbincang seperti dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL, Senin (19/11).
- Ekspor Kopi di Sumsel Terkendala Kapasitas Pelabuhan
- Mata Uang Garuda Melemah Tipis ke Rp15.623 per Dolar AS di Akhir Pekan
- Produk Perikanan Indonesia Dipamerkan di Ajang IMBF 2024
"Bukan saja ricuh. Dapat memicu gelombang anarkis. Wong sekarang lagi susah kok bisa bisanya asing masuk," pungkasnya.
Sebanyak 16 toko berjaringan asal Tiongkok telah ditutup Wayan Koster karena melakukan praktik tidak sehat dan tidak berizin.
Bahkan, Wayan menilai kehadiran mereka telah merusak keseimbangan pasar di Bali karena menjual barang dan jasa dengan harga yang terlalu murah.
Selain itu, ada juga praktik pembayaran melalui aplikasi WeChat atau tanpa uang rupiah. Dengan kata lain, transaksi mereka tidak masuk dalam devisa negara.[bdp
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Pemprov Kalteng Lirik Strategi Pengendalian Inflasi Jatim, Pj Gubernur Adhy Sebut Pentingnya 4K
- Ekonomi Diprediksi Makin Sulit dari Tahun Sebelumnya
- HET LPG 3 Kg Alami Penyesuaian, Pj Gubernur Adhy: Upaya Jaga Stabilisasi Stok di Jatim