Ini Tantangan Industri Tekstil Jatim

Dewan Pengurus Wilayah atau DPW Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (IKATSI) Jawa Timur (Jatim) menghadai tantangan baru, selain upah buruh yang mahal hingga impor bahan baku tekstil yang terus meningkat.


Pada akhir-akhir ini, masih katanya, persaingan dengan produsen negara lain semakin ketat, salah satu penyebabnya adalah akibat pasar bebas global. Di samping itu, produsen dalam negeri menghadapi tantangan yang cukup berat dengan melimpahnya ekspor barang TPT dari luar negeri, terutama dari China.

Persaingan dagang antara Amerika Serikat dengan China juga berdampak terhadap produksi, pemasaran dan bisnis TPT di Indonesia.

Menghadapi tantangan itu, maka IKATSI, pada Kongres ke-8, yakni 8 Maret 2019 lalu menyampaikan rekomendasi, selain ke berbagai perguruan tinggi tekstil dan perusahaan tekstil dalam negeri, juga kepada Pemerintah.

Kepada pemerintah melalui beberapa kementerian terkait. Diharapkan untuk memperbaiki struktur industri tekstil guna mengantisipasi pasar yang VUCA (Volatile Uncertainty Complex Ambigu) membentuk katahanan industri tekstil nasional melalui kemandirian bahan baku tekstil yang dapat diproduksi di Indonesia.

"Selain itu, juga diharapkan pengendalian impor TPT yang lebih selektif untuk mempertahankan keberadaan industri dalam negeri, yakni mengusulkan kepada pemerintah untuk membentuk Undang-undang tentang ‘ketahanan sandang’ dan ‘kemandirian sandang’. Dalam hal ini, Ikatsi siap untuk memberikan masukan,” tuturnya.

Sementara itu, pada kepengurusan DPW IKATSI Jatim masabakti 2019-2023 sudah terbentuk. Para pengurusnya adalah alumni perguruan tinggi tekstil di seluruh Indonesia yang berada di Jawa Timur. Selain beraktivitas di 37 perusahaan tekstil di Jatim, juga di bidang pendidikan, bisnis dan kemasyarakatan.  Acara pelantikan dan pengukuhan pengurus DPW IKATSI Jatim dilaksanakan Selasa, (15/10) di Gedung Balai Diklat Industri Jatim. [isa/mkd]

ikuti terus update berita rmoljatim di google news