Your Cells is You
- Uya Utama
- Trik SGIE
- Memahami Fungsi Kehumasan dan Pentingnya Perlakuan Adil terhadap Mitranya
“KETIKA bangun pagi seluruh tubuh terasa nyaman, tak satu pun peralatan medis menempel, nafas lancar, badan segar, maka di hari itu nikmat Tuhan tak mampu dibilang.” Demikian sebagian pesan singkat seorang ahli tafsir kepada putrinya.
Ketika seseorang mengunyah makanan, lalu menelannya, masuklah makanan itu menuju rongga perut. Gerbang pertama yang dilaluinya adalah tenggorokan.
Ketika masih di mulut, seluruh rasa makanan masih bisa dinikmati. Pedas, asam, manis, gurih dan nikmat. Setelah melewati gerbang tenggorokan, seluruh rasa itu berucap selamat tinggal. Seluruh rasa hilang tak berbekas. Yang tersisa hanya gerakan makanan menuju lambung, perut besar di bawah rongga dada. Berjalan perlahan melaui pipa panjang bernama osophagus.
Sampai di lambung, tak ada lagi rasa nikmat sempat mencuat, benar-benar hilang, kecuali rasa lapar yang mulai berganti menjadi kenyang.
Rasa hanya mulai di pintu mulut, batas kedua bibir sampai tenggorokan. Tugas selanjutnya “diserahkan” penuh kepada Tuhan. Hampir tak sedikit pun yang punya badan berperan terhadap seluruh proses yang terjadi pada pencernaan makanan beserta seluruh distribusinya.
Satu persatu bahan diurai. Karbohidrat (nasi, bahan tepung, gula, dkk.) dipisahkan, lemak (gajih, minyak, santan, dkk.) dibedakan, protein (daging, telur, ikan, dkk) disisihkan. Belum cukup sampai di situ, karbohidrat komplek dipotong-potong menjadi lebih sederhana, lalu dipotong-potong lagi menjadi bagian lebih kecil dari butiran tepung, menjadi molekul-molekul yang bisa diserap usus, masuk pembuluh darah dan mulai beredar ke seluruh tubuh.
Sebelum berangkat beredar, harus masuk dulu ke dalam liver untuk diproses supaya bisa cocok dengan seluruh kendaraan, enzim dan molekul lain yang akan membawanya beredar ke seluruh tubuh. Apakah sudah selesai? Belum!
Perlu kondisi khusus, harus dibawa ke mana saja, berapa banyak yang diperlukan, butuh waktu berapa lama?
Tubuh individu memiliki bermacam organ; liver, ginjal, pankreas, jantung, paru, ginjal, termasuk otot, tulang, kulit dll. Masing-masing memerlukan kadar berbeda di dalam waktu yang tidak sama dengan kecepatan penerimaan dan pemakaian yang harus sesuai dengan keperluan masing-masing.
Kondisi ini memerlukan regulasi yang super canggih, tepat; kadar, waktu, kualitas dan semuanya harus spesifik, memilliki batasan kadar yang khas di setiap saat.
Sampai di sini, terbayang bahwa bila ada sistem komputer yang super canggih pun belum bisa mengelola ini sedemikian tepat, Maha Suci Tuhan.
Sampai di tempat sel-sel dari berbagai macam organ tadi, di pintu masuk ke dalam sel, ada pasukan sekuriti yang akan menilai, melacak secara seksama bahwa barang yang dikirim tepat sesuai yang diperlukan.
Kalau sudah sesuai, masih perlu data apakah kualitasnya sesuai. Jika tidak pasti ditolak, tidak boleh masuk.
Pintu masuk sel berbeda-beda. Khas untuk masing-masing bahan. Pintu glukosa, berbeda dengan pintu asam lemak, tidak sama dengan pintu asam amino, juga pintu-pintu mineral dan elektrolit.
Setelah lolos pintu masuk, bahan-bahan yang masuk harus diantar oleh molekul lain yang disebut transporter (semacam bus penumpang). Transporter bisa berupa enzyme. Mereka berlokasi di dalam dinding sel, di dalam lautan plasma sel.
Pernahkah terbayang bahwa sel-sel di seluruh tubuh kita berjumlah sekian milyar. Sudahkah terpikir bagaimana bila sejumlah sel tersebut harus bekerja bersama, serempak dalam waktu seketika, berkoordinasi secara harmonis, sama sekali tidak diijinkan keliru, merangkai secara harmonis seluruh aktifitas itu. Sekali lagi bersama, serempak dan harmonis.
Tak seorang pun manusia mampu membayangkan, Maha Suci Sang Maha Pencipta, Maha Kuasa dan Maha Terpuji.
Itu kalau yang beroperasi satu individu. Bagaimana kalau bermilyar individu. Pasti termasuk individu-individu bakteri yang hidup secara berdampingan di dalam tubuh, bakteri komensal yang tidak menyebabkan sakit, pada saat yang sama juga membutuhkan regulasi sempurna.
Andai kita yang jadi tuhan, pasti sudah sejak lama kiamat tiba!
Di sisi alam, jumlah air yang menguap ke langit dan air yang turun ke bumi tidak boleh memiliki selisih nilai, harus nol. Bila air terlalu banyak yang menguap, siap-siap bumi segera kering, makhluk-makhluknya mati. Air terlau banyak yang turun, bumi tergenang air, banjir global.
Oksigen yang kadarnya hampir 21 persen di udara, tidak boleh dilebihkan atau dikurangkan. Kadar lebih tinggi, pastilah api menyala di seluruh muka bumi.
Kadar oksigen kurang dari 21 persen, semua pengguna api tidak mampu membuatnya menyala.
Sudahkah sekelumit kecil nikmat Tuhan itu membuat kita ingat, lalu bersyukur kepada-Nya, berterima kasih?
Terima kasih kepada Tuhan tidak berupa menyediakan materi untuk-Nya, tetapi Tuhan menyediakan ‘lahan’ agar dijadikan wahana terimakasih, ialah merahmati semesta.
Merahmati semesta melalui menebar kasih-sayang karena mengharap ridlo Tuhan kepada siapa saja, terlebih kepada sesama manusia. Jiwa yang selalu menebar kasih sayang inilah jiwa yang penuh rahmatan lil’aalamiin.
Jiwa-jiwa inilah yang dimaksud jiwa yang selalu bersyukur kepada Tuhan. Mereka selalu senang, bahagia, dan sejahtera.
Dalam mengaplikasikan jiwa syukur ini sebagian orang membiasakan kegiatan sederhana, tapi menyenangkan. Mereka selalu senyum kepada siapa pun saat berjumpa, menyapa dengan salam, senantiasa siapkan diri untuk mengulurkan tangan untuk menolong dalam kebaikan. Mereka bahagia dalam berbagi kelebihan pangan atau pakaian bahkan uang. Mereka senang memaafkan, senang mendoakan keselamatan dan kebahagiaan bagi siapa pun. Mereka juga senang memohonkan ampunan kepada Tuhan bagi keluarga, sahabat, juga kawan.
Jiwa penuh syukur menginduksi air tubuhnya menjadi air yang memiliki kristal yang indah dan bercahaya. Air tubuh mampu menjadi pelarut yang baik, menjadi sarana nutrisi dan sarana pembersih bagi seluruh sel-sel tubuh. Tubuh nyaman, sehat, menyenangkan.
Jiwa penuh syukur menjadikan radikal bebas dalam tubuh sangat rendah. Kondisi demikian menghadirkan sel-sel tubuh tahan lama, tidak mudah rusak, tahan serangan bahan patogen. Ialah bahan-bahan penginfeksi yang bersifat merusak.
Rendahnya radikal bebas merupakan indikator tingginya imunitas. Imunitas merupakan senjata utama untuk menyibak apa pun bahan perusak tubuh, termasuk covid.
Riset yang membuktikan bahwa jiwa penuh bahagia mampu menginduksi air tubuh menjadi istimewa, mampu menginduksi sel-sel tubuh memiliki radikal bebas yang rendah, sehingga tubuh memiliki imunitas sempurna diprakarsai oleh Masaru Emoto (The Hidden Massage in Water, 2002). Emoto melakukan riset terhadap molekul air, serta bahan padat berupa nasi.
Rebecca marina dkk. (2003) menyumbang bukti ilmiah efek jiwa penuh bahagia terhadap sel-sel darah merah dan sel-sel darah putih. Sel-sel darah putih merupakan agen utama imunitas. Marina melakuan riset bersama timnya dari kelompok Emotional Freedom Technique.
Bukti riset ilmiah Emoto dan Marina merupakan penyempurnaan penemuan ilmiah Bernie S. Siegel. Dalam buku “Love, Miracles, and Medicine”, (1986) Siegel berhasil membuktikan bahwa kasih sayang yang tulus merupakan puncak pemantik imunitas sempurna.
Imunitas sempurna, covid sirna. Jiwa penuh syukur, covid tersungkur.
Abdurachman
Gurubesar FK Unair
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Virus Taki
- U Tiga-I
- Membaca Ulang Revolusi 1945