Presiden Joko Widodo melakukan akomodasi politik dengan merekrut banyak orang untuk menjadi pembantunya di periode kedua pemerintahan.
- Ada Upaya Kudeta Demokrat, Anis Fauzan: Kita Akan Lawan
- Refly Harun: Ganjar Tidak Ada Harganya jika Jokowi Lari ke Prabowo
- Eks Sekum FPI Tunggu Inisiatif Aparat Usut Kerumunan Presiden, Hukum Harus Berlaku Sama Seperti HRS
Dia kurang sepakat dengan ide Jokowi menambah beberapa orang yang sebetulnya belum dianggap penting ditempatkan di jajaran pemerintahan.
"Menurut saya, terlalu banyak, setelah 12 wamen kemudian sekarang 7 staf khusus plus 5 sebelumnya. Jadi ada 12 staf khusus dengan gaji yang lumayan Rp 50 juta lebih," kata Refly Harun.
Di luar gaji, tentu para pembantu Jokowi itu mendapatkan fasilitas lain. Dan sangat dikhawatirkan, mereka "menjual" kestafkhususannya.
"Belum lagi mendapatkan fasilitas dan lain sebagainya belum lagi kalau staf khusus ini punya kelakuan yang aneh-aneh ya kan, misalnya dalam tanda kutip menjual kestafkhususannya untuk menjadi broker-broker begitu misalnya," tutup Refly Harun, dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL. [mkd]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Priyo Budi Santoso: Buzzer, Cebong, dan Kadrun Merusak Tatanan Sosial Bangsa
- Namanya Disebut Presiden Jokowi Saat Pidato Rakornas PAN, Tom Liwafa Makin Termotivasi
- Pilkada serentak 2024, Ini Sederet Kader Internal Yang Diusung Golkar Jatim