Ada atau tidaknya massa 212, tidak akan berpengaruh banyak terhadap suara Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno jika keduanya kembali maju pada Pemilihan Presiden 2024 yang akan datang.
- Fokus Konsolidasi, Partai Demokrat Anggap Pernyataan Kubu Moeldoko Angin Lalu
- Timbulkan Konflik Berkepanjangan, Tokoh Katolik Ramai-ramai Kecam Praktik Korupsi di Papua
- Dibanding ke Megawati, Jokowi Dinilai Lebih Takut ke Menteri Luhut
Begitu dikatakan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, yang menilai massa 212 sudah habis masa. Sehingga, tidak relevan jika suara mereka masih dikaitkan denga kontestasi politik 2024.
"Tak ada lagi (pengaruh dukungannya), sudah lewat momentumnya," kata Adi Prayitno kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (6/12).
Akademisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menambahkan, massa 212 belakangan kian surut. Penyebabnya, karena gerakan politik belakangan lebih muncul daripada gerakan keagamaan, seperti saat pertama muncul gerakan 212.
"(Massa) 212 tinggal kenangan. Bahasa arabnya la yamutu wala yahya. Tak hidup dan tak mati. Ada tapi terlihat tiada. Tentu karena 212 mulai tak laku, karena sangat kentara gerakan politiknya ketimbang gerakan keagamaan," terangnya.
Salah satu bukti redupnya massa 212, lanjut Adi, adalah saat acara reuni yang tidak banyak didatangi massa seperti kegiatan mereka sebelum-sebelumnya.
"Sepinya reuni 212 pada 2 desember 2021 beberapa waktu menjadi bukti sahih gerakan ini diambang sakaratul maut. Sepi peminat," tandasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Pejabat: Taliban Bakal Kembalikan Hukuman Ketat di Masa Lalu
- Ganjar Pranowo Gagal Memahami Narasi 'Petugas Partai' Dari Megawati
- Rizal Ramli Sebut Jokowi Sedang Bangun Ekonomi Penjajahan Baru yang Miskinkan Rakyat