Live Streaming Dari Mas Joko

Ganti saya yang kelabakan. Akankah koran itu akan dipimpin seorang wartawan baru? Yang umurnya belum 25 tahun? Yang baru lulus Undip Semarang? Yang masih bujang? Menjabat redaktur pun belum pernah?


Rasanya mas Jokolah pimpinan termuda dalam sejarah koran di Indonesia.

Mas Joko profil anak muda yang ringan kaki. Apa saja dikerjakan. Tanpa perhitungan untung rugi. Bagi dirinya.

Sejak ia berhenti dari koran itu saya hanya sesekali bertemu. Saya tahu: mas Joko mengerjakan bisnis jasa. Terkait internet.
Ia punya kapasitas menangani tulisan-tulisan saya. Ia mampu mendesain blog khusus untuk saya.

Tapi, apa nama blognya?

Saya sih terserah saja.

Mas Joko mengajukan sejumlah nama. Termasuk "Disway".
Diambil dari judul salah satu buku. Yang berbicara tentang saya.

Saya berusaha menghubungi penulis buku itu. Untuk minta restu menggunakan nama disway.

Begitulah. Tidak terasa umur disway sudah beberapa bulan. Tidak pernah bolong. Tiap hari saya menulis untuk disway.

Kadang saya tilpon mas Joko. Minta deadline mundur beberapa menit. Menunggu  peristiwa baru di luar negeri. Yang lagi hangat.
Kadang saya tilpon ia: ada tulisan yang salah.
Dikoreksi  pembaca. Agar dibetulkan.

Tapi minggu lalu saya kehilangan kontak. Saya bingung: sakitkah mas Joko?

Ke mana ia? Tapi email saya kok tetap masuk ke emailnya? Dan tulisan saya kok tetap bisa muncul di disway?

Baru Rabu lalu saya lega: mas Joko baik-baik saja. Saat 'hilang' itu ternyata ia lagi sibuk urusan 212. Ia ngurus persiapan live streaming dari Monas. Agar acara itu bisa diikuti publik. Karena banyak tv yang no signal.

Dua hari dua malam mas Joko tidak tidur. Bagaimana bisa membuat live streaming itu on. Tanpa memungut bayaran. Sedikit pun. Saya terharu membaca tulisannya. Tentang suka duka menyiapkan live streaming itu. Seperti yang saya baca di situs-situs. Yang juga banyak dishare di grup-grup WA.

Nah, saya sudah menulis 212 kan? [***]

ikuti terus update berita rmoljatim di google news