Prancis memandang perlu melakukan dialog dengan Arab Saudi sebagai jalan untuk menjalin kesepakatan damai di kawasan.
- Geruduk Kantor Bawaslu RI, Massa Gaungkan Rekonsiliasi Usai Prabowo-Gibran Unggul di Quick Count
- Sesuai Putusan MK, Gibran Boleh Maju Capres-cawapres 2024 Meski Masih Jabat Walikota Solo
- Jika Ganjar Pindah Partai, PDIP Juga Rugi
Untuk itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron melakukan kunjungan ke Arab Saudi pada Sabtu (4/12) untuk membahas berbagai isu keamanan dan
perdamaian di kawasan, termasuk dengan Iran.
Sebagai salah satu pemasok utama senjata Arab Saudi, Prancis menghadapi tekanan untuk kembali meninjau penjualan senjatanya di tengah perang yang tidak ada habisnya antara Arab dengan Houti yang didukung Iran, yang menciptakan krisis kemanusiaan terburuk.Pertemuan Macron dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman diharapkan bisa menciptakan kebersamaan dalam mencari solusi yang baik untuk keamanan semua pihak, menurut laporan Reuters.
Macron menganggap Arab Saudi penting untuk membantu menjalin kesepakatan damai di seluruh kawasan dengan Iran, serta sekutu dalam perang melawan militan Islam dari Timur Tengah hingga Afrika Barat, dan benteng melawan Ikhwanul Muslimin.
Hubungan Prancis dengan Arab Saudi yang sejak jaman Presiden Francois Hollande sangat dekat dan hangat, belakangan sempat terganggu setelah kasus pembunuhan Jamal Khashoggi.
Selama era kepemimpinan Macron, Prancis-Arab saudi belum melahirkan kerja sama bisnis. Pada kesempatan kunjungan kali ini, selain membahas perdamaian di kawasan, macron juga akan bergabung dengan para pelaku bisnis kelas dunia dalam forum investasi yang menghadirkan sekitar 100 perusahaan termasuk TotalEnergies (TTEF.PA) , EDF (EDF.PA) , Thales dan Vivendi (VIV.PA).
Kedatangan Macron diisukan sebagai bentuk penekanan terhadap Putra Mahkota terkait Houti dan senjata, yang segera dibantah habis oleh Macron. Berbagai krisis di kawasan itu tidak dapat ditangani dengan mengabaikan kerajaan.
“Kami (dapat) memutuskan setelah kasus Khashoggi, bahwa kami tidak memiliki kebijakan di kawasan itu, yang merupakan pilihan yang dapat dipertahankan beberapa orang. Prancis perlu memiliki peran penting untuk dimainkan di kawasan itu," kata macron.
Kunjungan Macron terjadi pada saat negara-negara Teluk Arab telah menyuarakan ketidakpastian tentang fokus AS di kawasan itu bahkan ketika mereka mencari lebih banyak senjata dari Washington.
Arab Saudi telah frustrasi dengan pendekatan pemerintahan Presiden AS Joe Biden, yang telah menekan Riyadh atas catatan hak asasi manusia dan perang Yaman dan merilis intelijen yang menghubungkan bin Salman dengan pembunuhan Khashoggi.
Putra mahkota telah membantah terlibat dalam pembunuhan jurnalis di konsulat Istanbul di Riyadh, sebuah insiden yang memicu kemarahan global dan menodai citra Pangeran Mohammed.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Bondowoso Masuk Level Dua, Pemkab Gelar Rakor Dengan Muspika
- Arief Poyuono Beber Mafia Alutsista Di Kemenhan
- Jokowi Bisa Dimakzulkan Jika Pilih Isu Tunda Pemilu daripada Mahalnya Sembako