Guna membantu pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang kerap kali mengalami keterbatasan dalam mengolah limbah.
- Risma Beri Pembekalan ke Kepala Sekolah dan Guru-guru Surabaya
- 155 Siswa Papua Sekolah di SMA/SMK Jatim Lewat Program ADEM, Gubernur Khofifah: Wujudkan Cita-Cita dengan Belajar Giat di Jawa Timur
- SMPN 1 Jogorogo Sabet Penghargaan Adiwiyata Nasional Tahun 2024
"Dalam proses produksi batik, para pengrajin melalui proses pewarnaan menggunakan pewarna tekstil. Penggunaan pewarna tekstil sintetis dan proses lainnya seperti proses penghilangan lilin, perendaman serta pembilasan akan menghasilkan zat-zat sisa seperti ceceran sisa lilin maupun sisa air pewarnaan," kata Ketua kelompok, Aditya Mardiansyah, dikutip Kantor Berita , Jumat (3/1).
Zat sisa tersebut menghasilkan limbah residu kaya pewarna reaktif dan bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan. Sehingga pengolahan limbah diperlukan sebelum zat tersebut dibuang begitu saja ke lingkungan sekitar.
"Ada suatu kasus di mana pohon pepaya yang secara tidak sengaja tersirami air limbah batik menjadi pahit rasa buahnya, padahal sebelumnya rasa buahnya tidak demikian,†sambungnya.
Meninjau dampak tersebut, lanjut dia, maka dirancanglah alat pengolah limbah batik yang sekiranya mudah digunakan oleh pengrajin batik UMKM. Rancangan yang dibuat menggunakan metode elektrodegradasi, yaitu perlakuan terhadap polutan yang dapat memecah senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana.
Dalam kasus limbah batik, terang Ardi, alat ini memecah senyawa kompleks dalam limbah menjadi senyawa sederhana yaitu H2O (air) dan CO2 (karbon dioksida) yang sudah aman jika dibuang langsung ke lingkungan. "Kami menggunakan prinsip elektrolisis, di mana perlu elektrolit, elektroda dan sumber listrik,†ucapnya.
Menurut Ardi, cara menggunakan alat ini juga mudah. Pengguna hanya perlu menyambungkan alat dengan listrik kemudian limbah dapat langsung dituang ke dalam tabung akrilik. Setelahnya elektroda dalam alat akan bekerja mendegradasi limbah. Lamanya pengolahan bervariasi, tergantung banyaknya limbah yang dituang. "Paling cepat 2-3 jam, kalau banyak bisa ditinggal semalaman,†terang pemuda asal Malang ini.
Masih katanya, elektroda yang digunakan dalam hal ini adalah elektroda karbon, karena dinilai memiliki kemampuan menghantarkan listrik dan dapat mempertahankan tingkat panas yang sangat tinggi.
Diungkapkan Ardi, limbah yang telah selesai diolah dengan alat rancangan timnya menunjukkan perubahan warna dan menghasilkan endapan. Limbah yang sebelumnya berwarna hijau dengan lapisan lilin di dalamnya berubah warna menjadi keruh, yang menandakan bahwa limbah sudah tidak lagi berbahaya bagi lingkungan.
Alat yang dirancang selama dua bulan empat hari tersebut saat merangkainya ini diklaim memiliki banyak keuntungan dengan menggunakan teknologi elektrolisis, dibandingkan dengan teknologi lainnya. Metode ini dinilai kompatibel terhadap lingkungan, efisien energi, aman, dan biayanya terjangkau, sehingga dinilai pas untuk digunakan para pelaku UMKM.
Pasalnya, perawatan alat ini juga relatif mudah. Pengguna hanya perlu menguras tangki dan membersihkannya dengan peralatan yang mudah dijumpai. Daya listrik yang digunakan juga rendah, hanya 10 watt. "Jadi bisa diibaratkan pengrajin batik seperti memasang satu lampu tambahan saja di rumahnya.â€.
Terkait dengan alat yang diinovasikan untuk usahanya ini, Roestianingsih selaku salah satu pengrajin batik UMKM mengaku senang dan terbantu. "Dengan adanya alat ini saya bisa membuang limbah saya tanpa takut mengganggu lingkungan sekitar,†ujar pebatik yang telah memulai usahanya sejak 2012 lalu.
Wanita paruh baya yang bermukim di Sutorejo, Surabaya ini berharap bahwa alat ciptaan mahasiswa ITS tersebut dapat dikembangkan ke depannya. Mengingat industri batik yang memang sulit sekali dipisahkan dengan proses yang menghasilkan limbah.
Kedepannya dalam pengembangan alat, Ardi menyampaikan bahwa dirinya dan tim ingin terus meningkatkan efisiensi alat dan juga menambahkan fitur otomasi alat. "Kami ingin menambahkan fitur, yakni jika tangki sudah penuh maka alat otomatis berjalan,†ungkapnya.
Ia juga berharap bahwa alat ciptaan timnya ini dapat membantu UMKM dalam proses usaha mereka dan dapat memberikan kontribusi untuk menjaga lingkungan. "Karena ini masih prototipe, kami harap ke depannya alat ini dapat disempurnakan lagi,â€.urainya.
Alat tersebut resmi diluncurkan prototipenya pada UMKM San Ros Batik, akhir bulan lalu. Ini merupakan karya kelompok tiga kuliah lapangan berbasis pengabdian masyarakat yang diadakan Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITS. Dengan bimbingan dosen Dr Eng Widiyastuti ST MT dan Dr Suci Madhania ST MT, 27 mahasiswa berkontribusi dalam pembuatan pengolah limbah ini.[isa/aji
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Mendikbud: Pendidikan Tidak Dapat Berdiri Sendiri
- Kuliah Tamu, PJB Berbagi Jurus Pengelolaan CSR
- 97 Pelajar Ikuti Pemusatan Pendidikan dan Pelatihan Calon Paskibraka Surabaya 2024