Manuver politik Presiden Joko Widodo dianggap bisa menimbulkan benih-benih ketidakharmonisan di tubuh PDI Perjuangan, bahkan keretakan antar partai politik (Parpol) pendukung pemerintah.
- Jokowi Finalis Tokoh Dunia OCCRP, Tak Layak Hadiri Prosesi Pemakaman Paus Fransiskus
- Ngadep dan Sebut Jokowi Bos, Menteri-menteri Lakukan Pemberontakan Kecil ke Prabowo
- Bertemu Sespimmen Polri di Solo, Ada Upaya Jokowi Ingin jadi Pusat Perbincangan Publik
Demikian disampaikan Direktur Pusat Riset Politik, Hukum dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI), Saiful Anam, menanggapi manuver politik yang dilakukan Jokowi, terakhir menggunakan PAN untuk memberi sinyal dukungan kepada Ganjar Pranowo.
"Jokowi tidak mampu dan masih berada di bawah bayang-bayang Megawati. Sehingga ia menggunakan partai internal koalisi, dalam hal ini PAN, untuk menyiratkan dukungan kepada salah satu kandidat Capres dan Cawapres," kata Saiful dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (3/3).
Dia menilai, dominasi Megawati masih belum terkalahkan oleh Jokowi, makanya dia menggunakan tangan Parpol lain untuk melakukan perlawanan terhadap ketua umum (Ketum) PDIP itu.
"Gaya-gaya Jawa Jokowi ini sangat kental, sehingga sudah dapat dipastikan ia lebih condong memberikan dukungan kepada Ganjar-Erick pada 2024," kata Saiful.
Akademisi Universitas Sahid Jakarta itu mengingatkan, tindakan Jokowi pasti menimbulkan konsekuensi. Selain menciptakan friksi, juga sangat mungkin membuahkan benih-benih ketidakharmonisan di tubuh PDIP.
"Selain itu juga menimbulkan keretakan antara Parpol pendukung pemerintahan yang telah memiliki jagoan masing-masing untuk Pilpres mendatang," pungkas Saiful.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Jokowi Finalis Tokoh Dunia OCCRP, Tak Layak Hadiri Prosesi Pemakaman Paus Fransiskus
- Ngadep dan Sebut Jokowi Bos, Menteri-menteri Lakukan Pemberontakan Kecil ke Prabowo
- Ganjar Tak Tertarik Bahas Polemik Ijazah Palsu Jokowi