Viral murid Taman Kanak-kanak (TK) peserta karnaval yang
berpakaian cadar hitam membawa replika "senjata AK 47" di Probolinggo mengundang
reaksi dari sejumlah pejabat negara. Mendikbud Muhadjir Effendy yang mengunjungi TK tersebut, memilih
memberikan bantuan dana ketimbang memberikan sanksi.
- Wisuda XLFL, CEO XL Axiata Tekankan Perlunya Penguasaan Solusi Digital
- Doa Seorang Ibu Akhirnya Terjawab Lewat Sekolah Kebangsaan Pemkot Surabaya
- 215.646 Pelajar Surabaya Sudah Gunakan Katepay, Jajan di Kantin Sekolah Cukup dengan Uang Elektronik
Politikus Golkar ini menegaskan, apapun alasannya, memperlakukan anak-anak TK dengan cara memakaikan atribut radikal tidak dibenarkan. Bahkan tindakan itu tidak mendidik. Sebagai tontonan pun tidak pantas. Perlakuan seperti itu bisa merusak persepsi anak karena berpotensi mencabut mereka dari dunia anak-anak. Agar peristiwa serupa tak terulang, Bamsoet mengingatkan Mendikbud, lewat para guru dan orang tua membiarkan anak-anak dengan dunianya. "Sebagai peserta didik TK, biarkan anak-anak itu bermain sambil belajar. Jangan meracuni pikiran mereka dengan cara pikir orang dewasa, apalagi dengan perlakuan cukup ekstrim seperti kasus di Probolinggo," ucapnya.
TK Kartika V 69 ini binaan Kodim 0820 Probolinggo. Kepala Sekolah Kartika V 69, Hartatik sudah mengklarifikasi insiden ini. Diakuinya, seragam yang dikenakan anak didiknya saat pawai budaya bukan seragam baru, melainkan memfungsikan seragam lama yang dimiliki sekolahnya. Hartatik juga menegaskan tidak ada niatan mengajarkan radikalisme dan kekerasan kepada anak didiknya, apalagi paham terorisme. Dia menyadari persepsi masyarakat dapat negatif melihat aksi anak didiknya. "Anak-anak mengenakan seragam pawai bercadar dan menenteng senjata itu mengangkat tema Perjuangan Bersama Rosulullah Untuk Meningkatkan Iman dan Taqwa. Bukan menunjukkan hal yang berbau teroris yang dimaksud warganet, saya minta maaf kalau memang saya salah," tegasnya.
Komandan Kodim (Dandim) 0820 Probolinggo, tempat TK Kartika V 69 bernaung menyampaikan permintaan maaf serupa. Sedangkan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga M. Maskur berjanji, kejadian ini akan menjadi bahan evaluasi. "Kami menegur kepala sekolah yang bersangkutan. Sanksi juga disiapkan," tuturnya.
Viral dan menjadi perbincangan, Mendikbud Muhadjir yang kebetulan ada agenda di Kota Probolinggo, kemarin, menggelar pertemuan tertutup di Mapolres Probolinggo Kota. "Saya sudah bertemu dengan Kapolresta, Dandim, Kepala Disdikpora, Kepala Sekolah TK Kartika V-69, dan beberapa orang tua siswa di Mapolres Probolinggo Kota. Setelah melihat videonya secara utuh, permasalahannya tidak segawat yang bermunculan di berbagai media sosial," kata Muhadjir.
Dalam video yang utuh, dikatakan Muhadjir, secara jelas anak-anak TK ini mengangkat tema tentang perjuangan umat Islam, dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan gerakan radikalisme. "Saya sangat menyayangkan siapa saja yang telah mengunggah potongan video pawai budaya tersebut, dan secara sengaja mendistorsi pesan perjuangan yang diangkat. Sehingga, yang muncul adalah adanya kesan menumbuhkan bibit gerakan radikalisme," tegasnya.
Namun demikian, dia tetap menyayangkan simbolisasi pasukan pejuang mengenakan pakaian layaknya pasukan khusus bercadar, apalagi dilengkapi replika senjata laras panjang. "Mestinya, bisa dengan simbol lain. Mengingat mereka masih kanak-kanak," ujarnya.
Mendikbud juga menyempatkan diri mengunjungi TK Kartika V-69. "Atas kejadian itu memang ada kesalahan yang harus dibenahi pihak sekolah, tentunya ini harus jadi pembelajaran," kata dia di hadapan Ketua Yayasan TK Kartika V-69, Kepala Sekolah TK Kartika V-69 dan para guru.
Dalam kesempatan yang sama, Mendikbud juga memberikan bantuan dana sebesar Rp 25 juta. "Lucu ya seharusnya diberi sanksi dan teguran, malah diberi bantuan. Biar sanksi dan teguran urusan Dinas Pendidikan Kota Probolinggo," ujarnya sebelum memberikan bantuan.
Muhadjir menekankan sanksinya hanya berupa peringatan karena tidak ditemukan unsur kesengajaan dan menjadi pembelajaran bagi semua pihak. "Kalau untuk sanksi, mungkin sebatas peringatan saja kepada pihak kepala sekolah agar ke depan tidak mengulanginya lagi," tambahnya.
Menanggapi ini, media sosial heboh. Netizen heran dengan sikap Mendikbud yang malah memberi bantuan. "Tetap harus diberi sanksi agar ada efek jera," imbau pembaca dengan akun @wakabu dibalas sindiran pembaca bernama Audi riyana. "Asik taon depan kalo ada pawai, kita pake atribut jaket bom aja. Nanti dikasih Rp 25 juta. Bener-bener dah nih," tulisnya. Pembaca bernama Om jack mengingatkan. "Pak apa ga salah ngasih Rp 25 juta udah jelas salah kaprah di hari kemerdekaan. Kalau yang lain ikutan gimana dengan alasan yang sama," tulisnya, senada dengan Agung Wiebowo. "Ini lelucon apaan??? Makin bikin geregetan nih menteri!".
Sementara, akun @trililiryuna menyayangkan aksi ini. "Astaghfirullah. Kok anak TK diajarin pegang senjata sih? Yassalaaammmm," cuitnya di Twitter, senada dengan @hudattamini. Akun @DamanikTomok miris akan kemana pendidikan dasar ke depan dengan kejadian ini. "Menanamkan sikap militant sejak dini. Mau dibawa kemana pendidikan kita ini? Para orangtua, berhati-hati lah memilih sekolah anak-anak anda," cuitnya. [
]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Risma Beri Pembekalan ke Kepala Sekolah dan Guru-guru Surabaya
- Terdapat Siswa Berkebutuhan Khusus, SMPN 3 Bondowoso Gelar Latihan Guru Pembimbing
- Jatim Juara Umum Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia 2024, Pj Gubernur Adhy: Ini Kado Membanggakan di Hari Pahlawan