Sejak awal skema penanganan wabah virus corona (Covid-19) sudah membingungkan. Mulai dari mewacanakan darurat sipil hingga keukeuh menolak lockdown.
- PKS Sambut Baik Ajakan AHY Bentuk Sekretariat Perubahan
- Jokowi Persilakan Relawan Pendukung Capres Panaskan Mesin, Nama Erick Thohir Disebut
- Laksanakan Amanat Prabowo, Kader Kesira Turun Perbaiki Rumah Janda Di Sidoarjo
Menurut ekonom senior DR. Rizal Ramli, keraguan di awal itu muncul lantaran pemerintah tidak bersedia melakukan realokasi anggaran secara menyeluruh. Akhirnya opsi yang diambil bukan lockdown melainkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Padahal PSBB tetap membutuhkan dana besar.
Padahal dana itu, lanjut Rizal, salah satunya berguna untuk memberi subsidi ke rakyat, sehingga mereka bisa taat mengikuti anjuran untuk berkegiatan di rumah.
“Jadi memang sejak awal sudah maju mundur untuk biaya lockout atau bahkan PSBB, karena tidak all-out lakukan realokasi anggaran!” tegas Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu dalam akun Twitter pribadi, Kamis (28/5).
Kini, kegamangan pemerintah semakin menjadi-jadi. New normal atau kondisi normal baru di saat pagebluk Covid-19 tengah dipersiapkan. Tujuannya, agar rodak ekonomi berputar kembali. Padahal di satu sisi, laju grafik corona belum melandai. Bahkan masih konsisten menanjak naik.
Bagi Rizal Ramli penerapan ini seolah membiarkan rakyat untuk berjuang atas hidupnya sendiri. Nantinya, hanya mereka yang kuat, baik dari sisi kesehatan maupun keuangan, yang mampu bertahan di rimba corona.
“Akhirnya terserah, berlaku Darwin’s “the survival of the fittest”, hukum rimba. Kalau kuat hidup, kalau ndak ya bye. Peranan negara marginal, weak governance,” tutupnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Nancy Pelosi Naikkan Batas Maksimum Gaji Staf DPR AS Agar Tak Terpikat Swasta
- Kader PDIP: Anak Muda Respon Positif Pencalonan Ganjar Di Pilpres 2024
- Quick Count LSI 01 Unggul, Paslon 02 Menunggu Hasil Rekapitulasi KPU agar Tidak Saling Klaim Kemenangan