Pemkab Probolinggo melalui Dinas Kesehatan, melakukan rapidtes masal gratis di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton. Rapidtes yang dilakukan tersebut, untuk meminimalisir atau mencegah penularan virus asal Kota Wuhan China ini.
- Jelang Nataru, Gubernur Khofifah Imbau Masyarakat Batasi Mobilitas
- Peduli Veteran, Hanan Nusantara dan Kodam V Brawijaya Ajak Umroh Gratis
- Optimalisasi Media Sosial, Nelayan Pesisir Yakin Sektor Perikanan Situbondo Makin Meningkat
Sebelum memasuki ponpes, mereka terlebih dahulu melakukan rapidtes masal di Universitas Nurul Jadid (UNUJA).
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo, dr. Anang Budi Yoelijanto menyampaikan, Rapidtes masal tersebut dilakukan, berdasarkan Surat Edaran Bupati Probolinggo.
“Dari apa yang kita amati bahwa Pondok Pesantren Nurul Jadid sudah melengkapi dari sarana cuci tangan dan protokol kesehatan sudah dipersiapkan. Bahkan dari pihak pondok ternyata sudah memprogramkan bagaimana pemulangan baik dimulai dari para pengelola, pendamping maupun santri itu sendiri,” katanya.
Menurut Anang, Bupati Probolinggo tidak ingin para santri yang kembali ke pondok tidak ingin terpapar covid-19. Sehingga, pihaknya melakukan pendampingan dan fasilitasi pemeriksaan rapid test massal.
“Yang pasti dari rapid test yang ada, ada yang sebagian dari Pemerintah Daerah dan sebagian secara mandiri oleh Pondok Pesantren Nurul Jadid. Kami dari Pemerintah Daerah memfasilitasi dan membantu melakukan pengecekan kesehatan dan pemeriksaan rapid test,” jelasnya.
Sementara Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH Abd Hamid Wahid menyampaikan, pemeriksaan rapid test massal ini merupakan salah satu filter pengamanan yang dilakukan saat kembalian santri.
“Jika reaktif maka akan dikarantina dan untuk selanjutnya akan kita koordinasikan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo untuk dilakukan pemeriksaan swab. Selama menunggu swab itu kita sudah siapkan tempat dan fasilitas untuk mengkarantina para santri,” ungkapnya.
Salah satu tahapan yang dilakukan pihak Pondok Pesantren Nurul Jadid adalah meminta ke wali santri untuk membawa surat keterangan sehat dari instansi kesehatan setempat. Hal itu fokusnya utuk memastikan agar mereka yang kembali itu betul-betul siap dan bukan yang beresiko tinggi.
“Artinya kalau misalnya dengan kondisi santri dengan penyakit penyerta atau komorbid, kita sarankan untuk tidak kembali terlebih dahulu karena itu akan meningkatkan resiko mereka terpasar di pesantren. Sehingga santri tersebut bisa menunda terlebih dahulu kembali ke pesantren sampai benar-benar sehat,” pungkasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Klaster Madura Sudah Masuk Ke Kabupaten Kediri, Bupati Hanindhito: Jika Ditemukan Varian Baru Delta, Kita Akan Mikro Lockdown
- Ungkap Penyebab Kematian Siswi SMAN 3 Taruna Angkasa, Polisi Mentahkan Isu yang Beredar
- Tak Sekadar Wisata, Romokalisari Adventure Land Bikin Omzet UMKM Melonjak