Pemerintah Kota Surabaya terus meningkatkan upaya pencegahan pneumonia melalui peningkatan akses vaksinasi dan skrining kesehatan di berbagai fasilitas kesehatan. Salah satu langkah yang diambil adalah koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur serta instansi terkait untuk memperketat pengawasan di pelabuhan dan bandara.
- Pemkot Surabaya Tertibkan Kabel Utilitas Ilegal di 5 Lokasi
- Bentuk Koperasi Merah Putih, Pemkot Surabaya Jadikan 10 Kelurahan Pilot Project
- Nilai Reformasi Birokrasi Surabaya Terbaik Nasional, Wali Kota Eri Terima Penghargaan KemenPAN-RB
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina, menjelaskan bahwa deteksi dini pneumonia dilakukan pada balita melalui skrining kesehatan rutin setiap tahun di Puskesmas. Program ini merupakan bagian dari upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.
“Dinkes Surabaya telah melaksanakan skrining kesehatan terintegrasi sejak tahun 2024, yang juga melibatkan pengendalian penyakit tidak menular, serta program kesehatan lainnya,” kata Nanik, sebagaimana dilansir oleh RMOLJatim, Jumat (14/2).
Pendekatan terpadu ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan, memperluas cakupan, serta memastikan intervensi medis dan pencegahan diberikan dengan tepat waktu. Nanik menambahkan bahwa Dinkes Surabaya juga rutin menggelar sosialisasi mengenai deteksi dini pneumonia, pentingnya pemberian ASI eksklusif, serta Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Posyandu.
Sebagai upaya preventif, Dinkes Surabaya juga meningkatkan akses vaksinasi bagi masyarakat, serta mengimbau ibu untuk memberikan ASI eksklusif dan memastikan balita mendapat nutrisi yang baik. Selain itu, warga juga diminta untuk menjaga jarak dengan orang sakit serta menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
“Berdasarkan data laporan Fasyankes, terjadi penurunan 7,6 persen dalam pelaporan kasus pneumonia dalam tiga tahun terakhir,” ungkap Nanik.
Namun, faktor-faktor seperti polusi udara, infeksi virus, dan perilaku hidup masyarakat tetap menjadi penyumbang utama kejadian pneumonia. Oleh karena itu, upaya pencegahan seperti vaksinasi, edukasi kesehatan, serta pengawasan kualitas udara sangat penting untuk mengurangi faktor risiko dan mencegah meluasnya kasus pneumonia di masyarakat.
Nanik menjelaskan, pneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, serta faktor lingkungan dan komorbid. Masyarakat diminta untuk mengenali gejala pneumonia pada balita, seperti frekuensi napas yang cepat, terutama jika batuk atau kesulitan bernafas terjadi kurang dari dua minggu. Kriteria napas cepat pada balita adalah napas 60x/menit atau lebih untuk usia 0-2 bulan, 50x/menit atau lebih untuk usia 2-12 bulan, dan 40x/menit atau lebih untuk usia 12-59 bulan.
Untuk orang dewasa, segera periksakan diri jika mengalami batuk selama kurang dari dua minggu. Gejala pneumonia pada orang dewasa antara lain batuk dengan dahak, sesak napas, demam, nyeri dada, kelelahan berlebihan, serta gejala flu.
Selain itu, Dinkes Surabaya bekerja sama dengan Dinkes Provinsi Jawa Timur dan Balai Besar Karantina Kesehatan (BBKK) untuk memantau pintu masuk negara, seperti pelabuhan dan bandara, guna mendeteksi dan mencegah penyakit menular, termasuk pneumonia, yang mungkin dibawa oleh pelaku perjalanan internasional.
“Pelaksanaan skrining kesehatan di pintu masuk negara, pemantauan kontak, edukasi, serta respons cepat terhadap potensi wabah adalah langkah-langkah yang kami ambil,” jelas Nanik.
Sebagai tambahan, BPJS Kesehatan juga memberikan jaminan pelayanan medis untuk berbagai penyakit, termasuk pneumonia yang tergolong penyakit serius.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Pemkot Surabaya Tertibkan Kabel Utilitas Ilegal di 5 Lokasi
- Bentuk Koperasi Merah Putih, Pemkot Surabaya Jadikan 10 Kelurahan Pilot Project
- Nilai Reformasi Birokrasi Surabaya Terbaik Nasional, Wali Kota Eri Terima Penghargaan KemenPAN-RB