Pengusaha berharap pemerintah
memperlonggar aturan terkait kegiatan ekspor. Dengan demikian, mereka bisa menggenjot ekspor guna membantu
pemerintah dalam meningkatkan devisa.Direktur
Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat
Sinaga mengatakan, pengusaha akan mendukung pemerintah untuk
meningkatkan devisa.
- Harga BBM Nonsubsidi Turun, Ini Kata Menteri ESDM
- Dirut bank bjb Raih Penghargaan 10 Top Banker Award 2024
- Tarif Ojol Naik, Penumpang Bisa Beralih ke Angkutan Lain
Ia mengatakan, salah satu conÂtoh kemudahan yang mesti diÂlakukan pemerintah adalah denÂgan mengevaluasi kebijakan.
"Sekarang kami mau tingÂkatkan ekspor. Tapi masih ada aturan yang menyulitkan. PungÂutan masih besar. Itu kami minta diperlonggar," ungkapnya.
Ekspor akan cepat berkemÂbang jika pemerintah berani mengevaluasi kebijakan yang menghambat ekspor. Apalagi, Indonesia memiliki kesempatan untuk tumbuh besar.
"Gimana keberanian pemerintah. Kalau ada insentif lebih baik," tuturnya.
Ia berharap, pemerintah mulai memberikan perhatian khusus kepada industri minyak goreng untuk menjaga agar harga dan ekspor tidak merosot. Pemerintah juga perlu membuat kebijakan untuk meningkatkan produksi dan konsumsi di dalam negeri.
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat menyebutkan, pemerintah IndoÂnesia harus pandai dalam meÂmanfaatkan kondisi global guna memacu ekspor dan menggenjot penerimaan devisa. Salah satunya dengan menangkap peluang bisnis yang ditinggalkan oleh China.
"China sedang memperketat aspek lingkungan di industrinya, seperti di sektor tekstil. Makanya kita harus manfaatkan itu untuk ambil pasar yang ditinggalkan melalui sejumlah perjanjian dagang," ujarnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, ekspor diperkirakan akan terpengaruh dari sentimen eksternal. Yakni perkiraan pertumbuhan volume perdagangan dunia yang tumbuh tidak setinggi tahun sebelumnya sehingga menjadi tantangan dalam kinerja ekspor.
"Ekspor kita cukup tinggi namun impor kita juga tinggi. Tahun depan relatif lebih lemah karena ada risiko ini," katanya.
Untuk diketahui, pertumbuhan ekspor tahun 2019 ditargetkan sebesar 6,6 persen. Hingga semesÂter I-2018, ekspor hanya tumbuh sebesar 6,9 persen. Sementara impor pada tahun 2019 diproyeksi tumbuh sebesar 7,4 persen.
Hingga semester I-2018, perÂtumbuhan impor tercatat sebeÂsar 13,9 persen. "Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang dapat mendorong pertumbuhan ekspor Indonesia lebih tinggi," ungkapnya.
Sebelumnya, Menteri PerÂindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan, sektor industri sangat berkontribusi dalam penÂcapaian ekspor nasional. KontriÂbusi ekspor sektor industri terus mengalami peningkatkan.
Total ekspor pada semester I-2018 sebesar 63,01 miliar dolar AS. Sedangkan pada periode yang sama tahun lalu hanya 59,81 miliar dolar AS. Artinya kenaikan ekspor sektor industri mencapai 5,35 persen.
"Kontribusi industri itu tertinggi dibandingkan sektor yang lain dan kalau kita lihat pertumÂbuhan kuartal per kuartal itu terjadi peningkatan," ujarnya.
Airlangga menuturkan, dari capaian ekspor sektor industri sebesar 110,50 miliar dolar AS pada 2016 diperkirakan pada 2019 akan meningkat menembus 143,32 miliar dolar AS. "KontriÂbusi industri di dalam PDB itu sebesar 19,8 persen. Kedua itu pertanian 13,63 persen dan perdaÂgangan 12,9 persen," imbuhnya.
Sementara, jika dilihat dari neraca perdagangan, industri sudah cukup positif. Khususnya untuk barang-barang kayu, baÂrang kertas, furniture, dan barang pakaian jadi pada 2018 lebih tinggi dari 2017. [
]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- BTN Cycling Community (BCC) Gelar Gowes Santai Susuri 77 KM Wilayah DKI
- NET TV Diakuisisi, Pengurus Kompak Mundur Ramai-ramai
- Hadapi Ancaman Krisis Global, Pemerintah Diminta Lakukan Transformasi Pangan