Tidak sedikit purnawirawan jenderal yang jadi pengecut. Beraninya perang intelijen memakai fasilitas negara. Katanya perang total, tapi memakai aparatur negara untuk melumpuhkan lawan dari belakang.
- Demokrat: UU Pemilu Disetop, Demi Kepentingan Bangsa Atau Kelompok?
- Sufmi Dasco: Koalisi Gerindra dan PKB Serius Kok!
- Dulu Pendukung Jokowi, Abdee Slank Kini Jabat Komisaris Telkom
Dilansir Kantor Berita Politik RMOL, sikap kesatria Prabowo, menurut Fahri, ditunjukkan dengan keberanian berhadap-hadapan, berkata apa adanya, dan mengerti etika dalam menyerang lawan.
"Bangsa ini tahu bagaimana sang jenderal bertempur di medan perang. Dan sekarang kita melihat bagaimana sang jenderal bertempur di medan politik. Sama, ksatria," ujar Fahri lagi.
Lalu Prabowo difitnah, tuduhan yang dibuat secara sepihak, dengan motif politik dan penyingkiran. Dia terima, dan dia diam. Prabowo ambil tanggung jawab putus sampai di dia. Dia jaga apa yang dia anggap benar, tapi tidak pernah dia bicara. Jelas Fahri, Prabowo diam dalam sepi.
Setelahnya, Prabowo malah menghindar dan menyibukkan diri menjadi pengusaha, dia tunjukkan bahwa dia bisa meneruskan perjalanan, dia tidak mau patah dan menjual diri pada orang. Sementara itu, jenderal abal-abal berpesta pora memperkaya diri entah dari mana, menjadi beking mafia.
Lanjut Fahri, setelah dulu Prabowo difitnah, sekarang mau difitnah lagi. Bahkan dengan tujuan yang lebih kejam. Segala peluru kotor akan mereka pakai. Mereka takut jenderal ksatria ini berkuasa karena dia terlalu tahu siapa mereka. Padahal santai saja, ksatria tidak akan balas dendam.
"Penyingkiran @prabowo kali ini akan gagal. Dia akan dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia yang ke-8. Dari dulu dia dipanggil 08. InsyaAllah ini akan jadi kenyataan. Dia akan memimpin dengan adil dan bijaksana, dia akan menjaga persatuan dan rekonsiliasi," ungkapnya.
Untuk itu, Fahri meminta para jenderal agar kembali bersama Prabowo.
"Sudahlah, mari tutup buku lama, kita buka lembaran baru. Mari melangkah ke depan. Ini tentang sikap yang benar di atas timbangan sejarah. Kita tidak bisa terus berbohong pada nurani kita sendiri. Kita tidak bisa menegakkan benang basah. Ini waktunya kita memulai lagi," tutup Fahri.[aji
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Pembahasan RUU Perlindungan Data Pribadi Tidak Rampung-rampung, Effendi Simbolon: Kami Di DPR Merasa Berdosa
- Avtur Naik, Susi Pudjiastuti Menjerit: Tolong Pak!
- Puan Minta Pemerintah Sikat Mafia Pupuk Bersubsidi