PRESIDEN ke-6 RI, Prof. DR. Susilo Bambang Yudhoyono menulis sebuah naskah yang diunggah ke akun Facebook, Rabu 8 April 2020 sebagai berikut:
- 25 Tahun Reformasi, Sekarang Seperti Handphone Error
- No 1 Perubahan, Nomor 2 Keberlanjutan, dan No 3 Berubah-ubah Berkelanjutan
- Warga Butuh Ruang Publik yang Bebas
“Saya perhatikan beberapa hari terakhir ini justru ada situasi
yang tak sepatutnya terjadi. Apa itu? Kembali terjadi ketegangan antara
elemen masyarakat dengan para pejabat pemerintah, bahkan disertai dengan
ancaman untuk "mempolisikan" warga kita yang salah bicara. Khususnya
yang dianggap melakukan penghinaan kepada presiden dan para pejabat
negara. Mumpung ketegangan ini belum meningkat, dengan segala kerendahan
hati saya bermohon agar masalah tersebut dapat ditangani dengan tepat
dan bijak. Saya melihat masih ada elemen di negeri ini yang belum
benar-benar fokus dan tidak bekerja sesuai prioritasnya. Waktu dan
sumber daya kita terbatas, sehingga harus diarahkan kepada kepentingan
dan sasaran utama kita saat ini.”
Klasik
“Isu yang muncul sebenarnya klasik dan tidak luar biasa. Intinya adalah bahwa negara, atau pemerintah, akan mempolisikan siapapun yang menghina presiden dan para pejabat pemerintah. Yang menjadi luar biasa adalah kalau hukum-menghukum ini sungguh terjadi ketika kita tengah menghadapi ancaman korona yang serius saat ini.
Tanpa disadari, sebagian penguasa dan pejabat pemerintah menjadi sensitif. Menjadi kurang sabar dan tak tahan pula menghadapi kritik, apalagi hinaan dan cercaan. Situasi seperti inilah yang bisa memunculkan 'benturan' antara elemen masyarakat dengan pihak pemerintah. Apalagi kalau sebelumnya sudah ada benih-benih ketidak-cocokan dan ketidak-sukaan. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, termasuk keterbatasan keuangan negara, pemerintah telah berupaya untuk menanggulangi wabah korona ini.”
Yudhistira
Sosok tubuh Susilo Bambang Yudhoyono mirip Bima, namun kesabaran SBY mirip Yudhistira. Saya kerap memperpanjang akronim SBY sebagai Susilo Bambang Yudhistira. Pada masa mengemban tugas sebagai presiden RI, SBY menampilkan kesabaran Yudhistira ketika menghadapi badai kritik serta cemooh, hujat, fitnah, penghinaan secara legowo.
SBY bukan hanya cendekiawan namun juga budayawan dan negarawan. Kepribadian SBY merupakan perpaduan pengalaman keprajuritan berbaur dengan ilmu pengetahuan dari ranah akademis mau pun daya estetikal proses gerak batin mencipta syair dan lagu. Budi-pekerti SBY tercermin pada sikap bukan mengritik apalagi menghujat namun “dengan kerendahan hati saya bermohon”.
Insya Allah, permohonan SBY dikabulkan oleh mereka yang sedang asyik saling berseteru. Semoga segenap pihak berkenan segera menghentikan gejolak kebencian antar sesama warga Indonesia demi bersatupadu menjalin segenap daya lahir-batin melawan angkara murka musuh utama bangsa Indonesia pada saat ini, yaitu pagebluk virus Covid-19! Merdeka!
Jaya Suprana
Penulis mendambakan persatuan Indonesia demi mampu menanggulangi prahara wabah corona
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Konflik di ACT, Bukan pada Persoalan yang Mendasar
- Indonesia Gelap: Mahasiswa vs Presiden
- Pelangi Kesepian