Pertarungan Antar Alumni Luar Negeri

DIMULAI sekitar 40 tahun yang silam. Para ulama NU mengirim anak dan muridnya pergi belajar ke Makkah dan Madinah.


Namun di saat yang sama, sebagian cendekiawan Islam Indonesia mengirim anak dan muridnya belajar agama Islam ke Boston, Chicago, Jerman, London, Denmark dan sejumlah kota-kota besar lainnya baik di benua Amerika maupun di Eropa.

Ada lagi sebagian yang dikirim belajar ke Iran serta beberapa negara yang sehaluan dengan Iran dalam pemahaman keyakinan warganya.

Saat ini, para pelajar yang menimba ilmu di luar negeri, sudah pulang. Mereka menyebarkan pelajaran yang digelutinya selama menimba ilmu di luar negeri.

Tentunya di antara mereka ada figur-figur yang rajin mengajarkan dan melestarikan ajaran Mbah Hasyim Asy'ari. Karena mereka memang satu almamater dengan Mbah Hasyim. Sama-sama alumni Mukimin Alharamain, Makkah-Madinah. Hanya beda generasi.

Bahkan banyak pula di antara mereka memiliki satu sanad keilmuan dengan Mbah Hasyim Asy'ari.

Mereka ini sangat getol menyuarakan ajaran aqidah Aswaja Asy'ariyah & Maturidiyah, fiqih 4 madzhab khususnya madzhab Syafi'i, serta ajaran Tasawwuf berbasis Syariat, seperti yang dipahami dan yang diajarkan oleh Mbah Hasyim Asy'ari.

Walaupun ada pula mukimin Alharamain yang ternyata salah memilih guru, hingga saat pulang kampung, tiba-tiba menjadi pengikut Wahhabi Salafi.

Tentu kelompok ini menjadi rival dan musuh aqidah bagi para alumni penganut Aswaja Ala Mbah Hasyim Asy'ari.

Di antara para alumni negara-negara Timur Tengah selain Makkah-Madinah, banyak pula yang basisnya sama-sama Aswaja.

Kini mereka ikut membaur bersama alumni Alharamain yang bergaris lurus. Sama-sama giat berdakwah. Melanjutkan perjuangan para orang tua dan leluhur. Mengajarkan dan menerapkan ajaran Aswaja yang sehaluan dengan aqidah dan amaliyah Mbah Hasyim Asy'ari.

Hal ini berbeda dengan misi para alumni yang dulu dikirim ke Iran. Para alumni Iran ini dalam bermasyarakat senantiasa mengajarkan aqidah Syiah, yang sangat jauh berbeda dengan ajaran Aswaja.

Bahkan sejak dulu Mbah Hasyim Asy'ari sudah melarang warga NU jangan sampai berinteraksi dengan penganut Syiah dan semua variannya.
Karena itu, jika saat ini ada tokoh NU yang mau menerima kerja sama dengan kelompok Syiah terutama alumni Iran dalam bentuk apapun, tentu ia telah mengkhianati larangan Mbah Hasyim Asy'ari sang pendiri NU.

Sedangkan para pelajar yang pulang dari negara-negara Amerika dan Eropa, mayoritas berpaham liberal. Ini sesuai ajaran kaum orientalis yang selama ini mempelajari Islam, bukan untuk diamalkan, melainkan dijadikan bahan penelitian ilmiah menurut standar mereka.

Jika mereka rasa ada kesalahan dalam ajaran Islam, maka dengan serta merta akan dijadikan bahan ejekan dan olok-olok dengan tujuan menghancurkan Islam dan umat Islam.

Untuk lebih memudahkan, umumnya para alumni negara-negara Amerika dan Eropa yang sudah pulang kampung ke pesantren maupun bergaul dengan masyarakat, mayoritas pemahaman mereka lebih dekat dengan pemahaman kaum orientalis liberal.

Barangkali bisa juga dikategorikan termasuk kelompok Muslim Ahoker. Mereka beragama Islam namun gandrung dengan tokoh-tokoh kafir, mereka beridentitaskan Islam namun sangat rajin membela kelompok non muslim.

Atau seperti istilah yang baru-baru ini viral di medsos, kelompok ini bisa juga dijuluki sebagai Aswarani (Aswaja Rasa Nasrani).

Sedangkan di Indonesia sendiri, banyak terdapat pesantren, baik yang berdirinya sudah sejak lama maupun yang baru berdiri.

Di antara para pengasuh serta aktifis di pesantren-pesantren ini ada figur yang tidak pernah ke luar negeri. Mereka juga tidak pernah berinteraksi dengan alumni luar negeri. Tapi ada pula yang sudah familiar dengan para alumni luar negeri, sekalipun belum pernah belajar di luar negeri.

Di era informasi yang cukup modern seperti jaman sekarang, maka mayoritas masyarakat termasuk keluarga pesantren dimanapun berada, tentu sudah banyak yang tidak asing tentang perkembangan para anak dan murid dari tokoh-tokoh NU yang menjadi alumni luar negeri sebagaimana diterangkan di atas.

Maka para pengasuh serta aktivis pesantren-pesantren yang murni tumbuh kembang di tanah air ini, pada kenyataannya tidak jauh dalam menentukan sikap keagamaannya.

Di antara mereka ada yang condong kepada sikap para alumni Alharamain, hingga mereka ikut bahu membahu berjuang melestarikan ajaran Aswaja ala Mbah Hasyim Asy'ari.

Namun, ada pula yang lebih condong ikut pemikiran para alumni Amerika dan Eropa. Pemikiran dan pemahamannya terkontaminasi dengan paham Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme (Sepilis).

Bahkan ada pula di antara pengasuh dan aktivis pesantren murni produk Indonesia ini, telah terkontaminasi ajaran Syiah yang diusung oleh para alumni Iran.

Gambaran di atas belum sempurna, karena masih ada lagi kondisi para penggiat dakwah dengan pemahaman lainnya, baik yang muncul sebagai alumni luar negeri, maupun muncul dari hasil produk asli Indonesia.

Misalnya, memilih warna dakwah seperti Sidi Jenar alias mengajarkan ilmu tasawwuf namun meninggalkan syariat, hingga tidak mau melaksanakan shalat, zakat, puasa dan haji.

Bahkan ada pula yang mengusung paham Komunis China, atau paham-paham lainnya.

Dalam situasi yang seperti ini, ada pula fenomena umat Islam di Indonesia yang menjadi penganut Islam Abangan (Islam KTP).

Malah, ada di antara umat Islam Indonesia yang phobia (anti) terhadap ajaran Islam itu sendiri.

Tentunya dengan adanya tarik ulur kepentingan di antara umat Islam dengan berbagai warna yang tersebut di atas, maka semakin terasa perbedaan yang menggejolak dan menggelora di tengah-tengah umat Islam.

Kesimpulannya, masih ada di antara umat Islam yang terus berjuang dan tetap istiqamah menjalankan ajaran Aswaja yang murni sesuai ajaran para Walisongo serta selaras dengan pemahaman Mbah Hasyim Asy'ari, walau mendapat serangan dari penganut paham non Aswaja, seperti serangan penganut Wahhabi Salafi, Syiah Iran, Sepilis Barat, Komunis China, serta aliran sesat lainnya.

Kira-kira seperti inilah gambaran yang agak utuh tentang kondisi umat Islam yang terjadi di Indonesia saat ini. Wallahu a'lam.
Luthfi Bashori
Penulis adalah pendakwah

ikuti terus update berita rmoljatim di google news