Calon presiden Prabowo Subianto disebut malas berkampanye oleh Wasekjen DPP Partai Demokrat, yang mencerminkan lemahnya koalisi yang dibangun Prabowo-Sandiaga Uno.
- TNI AD Libatkan 14 Angkatan Darat dari Berbagai Negara dalam Latma Garuda Shield 2022
- Pemilu 2024 Jadi Kesempatan Terakhir Megawati Lunasi Janji ke Prabowo
- Ribuan Warga Deklarasikan Gus Haris Calon Bupati Probolinggo 2024
Dikatakan Afriadi, koalisi Prabowo memang sudah lemah sejak awal. Egoisme sektoral di antara anggota koalisi masih begitu menonjol. Sialnya, Prabowo-Sandi tidak menemukan cara mencairkan egoisme sektoral tersebut demi memperkuat soliditas tim.
Hal itu diperparah dengan lemahnya komitmen Prabowo dalam merealisasikan keuntungan untuk anggota koalisi. Kasus kasat mata tampak dalam soal kursi Wakil Gubernur DKI Jakarta. Gerindra dibiarkan melakukan manuver-manuver politik mengingkari komitmennya ke PKS.
Ia yakin Prabowo-Sandi tak akan berani menindak tegas "kenakalan" Andi Arief karena hanya akan membuat koalisi lebih retak. Pun Ketua Umum Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), tak akan menegur Andi Arief karena kritiknya tak berdampak negatif atas Demokrat.
Malah Demokrat bisa mengambil keuntungan "cuci tangan". Kritik Andi terhadap Prabowo dapat menjadi tameng bila Demokrat dinilai tidak serius memperjuangkan kemenangan Prabowo.
"Kasus Andri Arief ini merupakan ujian serius bagi kepemimpinan Prabowo. Apakah dia mampu membangun saling percaya di antara koalisinya? Kalau dia gagal, maka menambah panjang noda hitam kepemimpinannya," tutup Afriadi.[aji]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Rencana PPN 12 Sembako Indikasi Indonesia Terancam Bangkrut
- Luhut Diduga Terlibat Bisnis PCR, IMM: Jikalau Mau Jadi Pebisnis, Mundur Saja dari Jabatan Menteri
- PDIP Siapkan 1.000 Pengacara untuk Hasto