Pukullah Mayat Itu…

SUATU hari ditemukan mayat. Bikin gempar. Semua saling tuding. Mencari tahu siapa pembunuhnya.


Meski perintah Nabi Musa AS dianggap mustahil -- menghidupkan mayat dengan sapi -- mereka tetap mencari sapi sesuai kriteria.

Setelah sapi disembelih, maka diperintahkan untuk memukulkan bagian dari sapi ke mayat tersebut.

Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!" Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti. (QS. Al-Baqarah: 73).

Atas izin Allah, mayat itu bangkit, sedang urat lehernya masih mengalirkan darah. Lalu dia berkata, "Yang membunuh saya adalah fulan.” Kemudian dia jatuh dan mati di tempatnya.

Kisah mayat dan sapi ini memberi pelajaran betapa mahalnya harga sebuah kebenaran.

Sayangnya, meski kebenaran telah terungkap dengan cara yang Allah maui, tetap saja banyak orang masih tidak percaya.

Seperti diterangkan pada ayat selanjutnya, hati mereka tetap keras seperti batu, bahkan lebih keras dari batu.

Mayat adalah bangkai kebusukan, antitesis kebenaran. Sedang sapi adalah media membongkar kebusukan tersebut.

Pengingkaran, tipu daya (makar), dan hasut, sampai kapanpun tidak akan pernah berakhir.

Mereka yang culas akan selalu mencari pembenaran. Tidak peduli latarbelakangannya.

Mereka selalu mahir bikin makar. Terlebih yang punya kekuasaan. Mayat saja dibilang bukan mayat. Padahal baunya busuk sekali.

Kebenaran diaduk-aduk. Diskriminasi menjadi alatnya. Hingga terbentuk opini, yang haq menjadi bathil, dan bathil menjadi haq.

Hanya segelintir yang mampu mempertahankan komitmen.

Di negeri yang elok ini, semua kejadian itu ada. Kasat mata.

Melalui hasut, opini kejahatan dibentuk untuk menutupi kegagalan. Kegagalan akan ekonomi, politik, budaya hingga ideologi.

Muncul kemudian: penyimpangan, degradasi nilai, situasi krisis nilai.

Kebenaran an sich. Moralitas menjadi setengah hati; setengah jahat setengah baik.

Namun mereka lupa, bahwa Allah adalah sebaik-baik pembuat makar, pembalas tipu daya.

Keberhasilan pembuat makar hanyalah masalah waktu. Allah sedang mengulur-ulur, menjago-jagokan, meleha-lehakan, dan meninabobokan.

Namun ketika tiba masa pelaksanaan, ‘mayat’ itu akan dipukul hingga bangkit. Allah akan membatalkan rencana mereka.

Noviyanto Aji

Wartawan

ikuti terus update berita rmoljatim di google news