Ekonom Faisal Basri mengkritik kinerja Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno. Menurutnya, selama di bawah kendali Rini, banyak BUMN yang dikelola secara tidak wajar dan banyak petinggi yang terjerat korupsi.
- Kejutan di Dapil JATIM I: Wajah Baru Geser Petahana
- Bentrok Pekerja Indonesia dan TKA di PT GNI Morowali, Ini Pemicunya
- Tolak Omnibus Law, Hari Ini Partai Buruh Demo di Sejumlah Kota
Rini Soemarno diketahui membuat kebijakan holding yang tidak biasa, kalau tidak bisa disebut aneh. Karena perusahaan beraset kecil justru dijadikan induk dari perusahaan BUMN lain yang punya aset lebih besar.
Seperti PT Survai Udara Penas yang disebut akan menjadi induk dari perusahaan penerbangan nasional. Penas yang beraset sekitar Rp 49 miliar akan membawahi PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura 2, PT Garuda Indonesia, dan AirNav.
Ini jelas tidak biasa. Karena aset yang dimiliki Garuda Indonesia (GI) jauh berlipat dibanding Penas yang diwacanakan akan menjadi induk perusahaan. Berdasarkan data yang dirilis Kementerian BUMN pada 2017 silam, GI punya aset puluhan triliun rupiah.
Tak hanya itu, sejumlah direksi BUMN pun harus berhadapan dengan hukum. Semuanya terjadi selama Rini menjabat sebagai Menteri BUMN.
Antara lain Direktur Utama PT INTI Darman Mappangara, Direktur Utama PLN Sofyan Basir, Direktur Teknologi dan Produksi PT Krakatau Steel Wisnu Kuncoro, Direktur Utama PTPN III Dolly Pulungan, dan Direktur Utama Perum Perikanan Indonesia Risyanto Suanda.
Menurut Faisal, hal-hal tersebut cukup untuk menegaskan kalau Rini sudah gagal menjadi menteri BUMN.[aji
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Jokowi Diyakini Tegak Lurus pada PDIP
- Serahkan Diri, KPK Langsung Periksa Seorang Penyuap Kabasarnas RI
- Didukung Angkatan Muda Siliwangi, Ridwan Kamil Siap Nyapres