Ekonom senior DR Rizal Ramli sudah jauh-jauh hari mengkritisi kebijakan impor beras dari mantan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Sebab impor dilakukan tanpa data valid dan jor-joran.
- Perindo: Biaya Haji 2023 Masih Bisa Berubah
- Firli Bahuri Cs Tak akan Tinggal Diam Hadapi Money Politic Pemilu 2024
- Respon Inisiator KAMI Atas Kehadiran KITA
Hasilnya, kini 20 ribu ton beras yang sudah mengendap selama setahun terancam membusuk dan harus dibuang oleh Bulog dari gudang. Jika dirupiahkan, beras itu setara dengan Rp 160 miliar.
Rizal Ramli pun turut mengomentari polemik buang beras tersebut. Baginya, kerugian yang mencapai Rp 160 miliar baru sebatas puncak dari gunung es.
Puncak gunung es merupakan ungkapan untuk menggambarkan bahwa masalah yang terlihat di permukaan hanya sebagian kecil. Sementara masalah yang tidak terlihat jauh lebih besar dari yang terlihat.
"Itu hanya "the tip of the iceberg". Kerugian jauh lebih besar lagi," terangnya dalam akun Twitter pribadi, Selasa (3/12).
Mantan kepala Bulog era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur bahkan melihat potensi kerugian impor jor-joran tersebut melebih skandal Century yang merugikan negara hampir Rp 7 triliun.
"Potensi kerugian negara nyaris 10 triliun, belum kerugian petani, lebih besar dari skandal Century," tegasnya.
"KPK malu dong. Mas Agus, Laode, Basaria, ayo bertindak," tandasnya, seperti dimuat Kantor Berita Politik RMOL. [mkd]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Milad ke-19, PKS Jatim Berbagai Kebahagiaan Dengan Kaum Dhuafa
- Lestarikan Budaya Leluhur, MKGR Jatim Gelar Pameran Keris Nusantara
- PPKM MIkro Dan Vaksinasi Dorong Kenaikan Indek Keyakinan Konsumen