Ekonom senior DR Rizal Ramli menceritakan pengalamannya saat menjadi menteri koordinator bidang ekonomi pada tahun 1998, saat krisis moneter terjadi di Indonesia. Pada saat era Presiden Abdurrahman Wahid itu, angka pertumbuhan ekonomi di Indonesia sangat memprihatinkan, yakni minus tiga persen.
- Pertumbuhan Ekonomi Jatim Triwulan II Melesat Hingga 7,05 Persen
- Indosat Bukukan Pendapatan Rp37,4 Triliun Sepanjang Sembilan Bulan Tahun 2023
- Sri Mulyani Memajaki Pulsa Hingga Token, Indef: Kok Terbalik
Dikatakan RR, saat baru menjabat itu, Gus Dur memerintahkan agar dirinya membenahi kondisi ekonomi Indonesia yang semrawut. Upaya itu pun membuahkan hasil. Buktinya, saat dia masuk jajaran cabinet hingga 21 bulan pemerintahan Gus Dur, perekonomian bisa meningkat kurang lebih delapan persen.
"Dari minus tiga persen menjadi plus lima persen. Ini luar biasa,†ujar Rizal di sela acara seminar yang digelar oleh Forum Pecinta Gus Dur ini.
Menurut RR, kunci pertumbuhan ekonomi di pemerintahan Gus Dur itu adalah keperbihakan kepada rakyat kecil.
"Bukan juga tidak dihitung karena itu namanya ugal-ugalan,†tukasnya.
Dikatakan RR, ketika itu, Gus Dur menaikkan gaji PNS yang nilainya sangat kecil. Dengan kenaikan gaji PNS, maka perekonomian di Indonesia pun bisa membaik.
"Makanya selama 21 bulan pemerintahan Gus Dur, kita sudah naikkan gaji PNS sebanyak dua kali hingga 125 persen. Dengan langkah ini perekonomian bisa naik lebih cepat,†jelasnya.
Langkah kedua diakui RR dengan melakukan right off atau penghapusan kredit macet pada usaha kecil menengah (UKM) khususnya para petani. Waktu itu, petani banyak yang tidak bisa menyicil kreditnya karena usahanya yang terhenti.
"Petani tidak bisa menanam karena tidak punya modal, petani tidak bisa menyicil kreditnya karena usaha bangkrut. Akhirnya kita hapuskan kredit macet itu sehingga petani bisa menanam kembali khususnya petani kecil,†tuturnya.
Langkah ketiga yakni dengan memangkas suku bunga, bahkan bagi para pengusaha hanya diwajibkan membayar pokoknya, tidak lagi membayar bunganya.
Menurut RR, saat krismon itu, bunga kredit yang sebelumnya 16 persen melonjak menjadi 80 persen.
"Semua tak mampu membayar. Memang kebijakan waktu itu atas desakan IMF agar para pengusaha itu tidak lari ke luar negeri. Tapi, walau begitu mereka tetap saja lari karena takut kasus Mei 1998,†tukasnya.
Sementara untuk bisnis real estate, pemerintahan Gus Dur melakukan restrukturisasi. Apalagi waktu itu semua kasus real estate ditangani Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
"Restrukturisasi real estate itu penting karena real estate itu naganya perekonomian. Kalau real estate maju maka perekonomian juga maju begitu sebaliknya,†tandasnya.
Selain itu, waktu itu, semua utang pemerintah dilakukan barter. Utang ke pemerintah Jerman dibarter dengan ratusan ribu hektar lahan untuk konservasi di Kalimantan. Juga utang ke Kuwait dengan memotong bunga mahal dengan bunga murah.
"Utang Indonesia waktu itu menurun 4,5 miliar dollar. Harusnya logikanya ekonomi naik,utang menjadi naik. Ini tidak, ekonomi naik utang justru turun,†katanya.
Harusnya pemerintahan saat ini, menyontoh ekonomi Trisaksi yang diterapkan Gus Dur.
Dijelaskan RR, awalnya Presiden Jokowi sudah bagus menerapkan ekonomi Trisaksi yakni kemandirian pangan, enegeri dan keuangan, tapi karena salah memilih pembantu-pembantunya, justru perekonomian Trisakti menjadi tidak nampak.[bdp
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- NSLIC/NSELRED - Kemendes PDTT Jembatani Pertemuan Pelaku Usaha dengan Investor
- XI Jinping Sebut Ekonomi Dunia Sedang Alami Pemulihan, Tapi Menakutkan
- Sukses di Surabaya, Pameran Mamin Berskala Internasional Bakal Hadir di Pulau Dewata dengan Tajuk Bali Interfood