Pemerintah sudah mulai jujur dengan kondisi ekonomi Indonesia yang sedang sekarat. Setidaknya, kejujuran itu terungkap dari pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menyebut ekonomi di kuartal II 2020 anjlok hingga minus 3,1 persen.
- Rusia dan Ukraina Tandatangani Kesepakatan Ekspor Gandum
- Terima Mandat Dari Kepala Daerah Di Jatim, Gus Muhaimin Siap Nyapres Di 2024
- Jemaah Indonesia Jangan Nekat ke Tanah Suci Tanpa Visa Haji
Begitu kata Direktur Eksekutif Center for Social Political Economic and Law Studies (Cespels), Ubedilah Badrun dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (18/6).
"Pernyataan tersebut menunjukan Sri Mulyani baru sadar bahwa jujur adalah hal penting dalam situasi saat ini, ia mulai jujur bahwa memang ekonomi Indonesia sedang memburuk,” ujarnya.
Untuk itu, Ubedilah meminta agar klaim bahwa ekonomi Indonesia tidak terjadi gonjang-ganjing dan sudah berjalan dengan baik segera diakhiri. Apalagi sampai membandingkan bahwa Indonesia masih lebih aman dibanding negara lain.
Klaim semacam itu, sambungnya, pernah disampaikan Presiden Joko Widodo saat pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2020 masih positif. Disebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik dari negara lain.
"Padahal sangat buruk dibanding Vietnam. Narasi presiden yang tidak jujur seperti itu tidak perlu terulang lagi. Pernyataan Sri Mulyani juga dapat dimaknai teguran dan warning untuk presiden," kata Ubedilah.
Selain itu, sambung Ubedilah, pernyataan tersebut juga menunjukkan sebuah pengakuan bahwa pemerintah tidak berdaya menghadapi situasi saat ini.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Nyapres Tetap Butuh Elektoral dan Modal Meski Presidential Threshold Dihapus
- Megawati Belum Tentu Restui Puan Berpasangan dengan Prabowo
- PKS Umumkan Keputusan Koalisi Setelah Rapimnas