Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Probolinggo menyebut upaya maksimal sudah dilakukan untuk mencegah paham radikalisme dan terorisme tidak masuk ke wilayah Kabupaten Probolinggo. Selain intens berkoordinasi dengan aparat TNI/Polri selaku aparat negara, pendekatan lewat tokoh agama, adat dan suku juga sudah dilakukan. Diharapkan, para tokoh ini bisa memberi pemahaman kepada masyarakat akan bahayanya paham radikal dan terorisme khususnya buat keutuhan bangsa.
- Pengurus HIPMI Bondowoso Resmi Dilantik, Bupati Salwa Minta Bantu Fasilitasi Wirausaha Muda
- SPJ Desa Hanya Sampai Meja Camat, LSI Ngawi: Inspektorat Harus Awasi, Jangan Main Sampling
- Kunjungi Tanjung Perak, Kapolri Ingatkan Masyarakat Tentang Vaksin Booster
Menurut Ugas, kejadian tahun 2018 di Kabupaten Probolinggo supaya tidak terulang lagi. Dimana pada saat itu, Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia bersama jajaran Kepolisian Resor Probolinggo menangkap empat terduga teroris di Kabupaten Probolinggo.
"Ya kami tidak ingin kejadian itu ( Tahun 2018) tidak terulang lagi. Makanya, kita juga menggandeng para penghafal Al-Qur'an (Hafidz dan Hafidzah) ini. Karena merekalah yang bersentuhan langsung dengan masyakarat dan lingkungan sekitar," paparnya.
Ugas mengakui, keterbatasan personil negara, juga menjadi kendala dalam melakukan pemantauan di seluruh wilayah Kabupaten Probolinggo yang cukup luas. Karena itu, peran aktif masyarakat sangat diperlukan dalam pemantauan perkembangan tindak terorisme dan paham radikal.
"Masyarakat harus menjadi benteng bagi lingkunganya sendiri, serta membantu aparat keamanan dalam penanggulangan terorisme serta perkembangan paham-paham radikal," pungkasnya [mkd]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Pangdam V/Brawijaya Hadiri Pelaksanaan Baksos Polri Presisi di Mapolda Jatim
- Rakor Terkait Kawasan Hutan, Begini Harapan Pemkab Bondowoso
- Jangan Lewatkan! Pameran UMKM Virtual Pertama di Kota Surabaya Segera Digelar