Rapor para pembantu Presiden Joko Widodo di bidang ekonomi tidak layak ditulis. Pasalnya perekonomian di Indonesia tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam periode pertama.
- Hasil Survei Poltracking Indonesia, Elektabilitas Prabowo-Gibran Tembus 60,1 Persen di Jawa Timur
- Kecam Aksi Pembakaran Al Quran, Legislator PPP Desak Kemlu RI Usir Dubes Swedia
- Deklarasi Enam Parpol Non Parlemen Masih Cari Figur Pengganti Risma
"Dari awal, ekonomi itu adalah persoalan yang paling utama. Ketika pak Jokowi naik itu kan ekonomi Indonesia masih 4,9 atau 5,0 seingat saya. Sekarang itu kan ada di poin 5,2 atau 5,3. Artinya kenaikannya nggak signifikan," ucap Dian Permata dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (18/10).
Dengan kata lain, lanjut Dian, para pembantu Presiden Jokowi di Kementerian bidang ekonomi tidak menunjukkan prestasi. Bahkan bisa disebut nihil.
"Rapornya kan nggak naik, 0,2-0,3 itu bukan sebuah kenaikan spektakuler. Rapornya itu bukan merah lagi, sudah nggak layak ditulis malah," tegasnya.
Menurut Dian, hal itu bisa dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang hanya sekitar 0,2 hingga 0,5. Bahkan, Jokowi juga pernah marah lantaran ada sekitar 33 perusahaan China yang hengkang dari Indonesia.
"Ketiga, hukum sudah seperti ini, beban biaya politik ekonomi makin tinggi, sehingga ekonomi Indonesia ke depan harus menjadi fokus utama. Kita punya menteri, menteri terbaik gitu kan. Tapi kenyataannya adalah (ekonomi) kita nggak naik-naik juga. Ini kan buah kerjaan dari menteri atau anak buah pak Jokowi. Kalau seperti ini kan artinya nggak ada yang berhasil," tandasnya.[aji]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Joman Ikut Tolak Kenaikan BBM Bersama Mahasiswa dan Aktivis
- Survei Citra Network: Elektabilitas Airlangga Mengungguli Prabowo
- Gencarnya Beberapa Parpol Bangun Dukungan Terkait Pilwali, PPP Kota Probolinggo Tetap Santai