Semua ‘raksasa teknologi’ seperti YouTube, Google, Facebook dan Twitter dikutuk karena telah turut andil menyiarkan pembantaian 49 orang di dua masjid di Selandia Baru.
- Tim SAR Menemukan 74 Kantong Jenazah Korban Pesawat Sriwijaya Air SJ-182
- Diduga Konsleting Listrik, Mobil Avanza Terbakar di Ruas Tol Jombang-Mojokerto
- Kepala BP2MI akan Selidiki Kematian Tidak Wajar Empat Jenazah PMI dari Taiwan
Karena itu Javid mengutuk kegagalan perusahaan teknologi untuk menghentikan video berdurasi 17 menit yang dibagikan selama lebih dari 10 jam setelah sang pembunuh, Brenton Tarrant menembaki umat Islam saat sholat.
"Benar-benar perlu berbuat lebih banyak untuk menghentikan ekstremisme keras yang dipromosikan di platform Anda," kata Javid dilansir Telegraph, Sabtu (16/3).
Javid bereaksi pada YouTube yang mengklaim sedang bekerja untuk menghapus rekaman tersebut.
"Ambil (semua) kepemilikan. Cukup sudah,†sebutnya.
Seperti diketahui, Brenton Tarrant, pelaku penembakan telah menyiarkan langsung amarah berdarahnya di Facebook setelah memposting tautan ke media sosial.
Video itu memperlihatkan dia memasuki Masjid Al Noor, Christchurch, pada pukul 13.30 dengan seragam tentara dan membunuh 41 jemaah. Tujuh orang kemudian ditembak mati di luar Masjid. Korban ke-49 meninggal di rumah sakit.
Tarrant ditangkap bersama dengan dua pria dan seorang wanita lainnya.
Dia muncul di pengadilan pada Sabtu dengan mengenakan borgol dan kemeja penjara putih. Tarrant didakwa dengan tuduhan pembunuhan. Polisi mengatakan akan ada lebih banyak tuduhan.[aji
- Sebanyak Tujuh Ton Gading Gajah Selundupan Asal Angola Disita
- Prihatin Salima Mazari Ditangkap Taliban
- Terjadi Ledakan Dekat KPK, Satu Orang Dikabarkan Meninggal Dunia