Presiden Joko Widodo meminta agar istilah radikalisme diganti menjadi manipulator agama.
- Kalah dari Thailand, Jokowi Tetap Bangga dengan Perjuangan Timnas Indonesia
- Menag Usulkan Biaya Haji Rp 69 Juta per Jemaah
- Hari Ini, AHY Pimpin Rapimnas dan Deklarasi Capres Demokrat, Prabowo Bakal Hadir
Menanggpi hal itu, tokoh bangsa Dr. Rizal Ramli menyambut baik usulan Jokowi yang ingin mengganti istilah radikalisme menjadi manipulator agama.
"Bagus ini Pak @jokowi," kata ekonom senior ini dengan menyertakan emoticon jempol, di akun Twitter miliknya @RamliRizal, Kamis (31/10).
Rizal menambahkan, kalau perlu Kepala Negara juga menyematkan "manipulator" kepada pengganggu atau pengacau Pancasila.
"Kalau bisa tambahin manipulator Pancasila sekalian," ujar Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur ini.
Rizal sebelumnya mencium ada maksud lain dari pemerintah dengan terus mendengungkan isu radikalisme yaitu untuk menutupi kegagalan masalah ekonomi.
"Setahun ke depan agaknya akan digoreng terus isu 3R (radikalisasi, radikulisasi dan radikolisasi). Supaya soal-soal ekonomi, kemiskinan, soal-soal sosial lain menjadi tidak penting," ujarnya, Minggu (27/10).
Prediksi Rizal terbukti bukan sembarangan. Pasalnya, baru empat hari dilantik menjadi Menteri Keuangan di Kabinet Indonesia Maju, Sri Mulyani telah mengumumkan rencana akan menerbitkan surat utang berdenominasi valuta asing atau global bond.
Langkah Sri Mulyani itu diambil karena APBN 2019 mengalami defisit sementara kebutuhan negara membengkak. Defisit tersebut berasal dari belanja negara sebesar Rp 2.461,1 triliun, sementara pendapatan hanya sebesar Rp 1.189,3 triliun.[aji
- Era Gus Dur Tak Pernah Ada Tindakan Represif Terhadap Demonstran
- Bjorka Dimunculkan untuk Menenggelamkan Kasus Ferdy Sambo?
- Marak Bak Truk di Malang Bergambar Foto Prabowo-Gibran, Sopir Berdoa Menang