Soal Kedaulatan Pengan dan Potensi Bisnis Pertanian, Ini Kendalanya

Di tengah krisis wabah virus corona baru atau Covid-19, banyak produk petani tidak tersalurkan dan tertahan di gudang.


Hal ini disampaikan Sekjen Aliansi Petani Indonesia (API), Muhammad Nur Uddin, dalam diskusi bertema “Kedaulatan Pengan Dan Potensi Bisnis Pertanian” oleh Program studi kewirausahaan Univiversitas Maarif Hasyim Latif (Umaha) melalui di Zoom video conference dan disiarkan live facebook Kewirausahaan Umaha, Kamis (21/5).

Dikatakan Nur Uddin, saat ini terdapat 41 juta petani. Namun hanya menyerap 35 persen tenaga kerja. Penyebabnya, lahan sempit di bawah 1 hektar dan akses pasar yang lemah.

“Masalah akses pasar sangat terbatas dan pengetahuan dalam menjalankan pemasaran serta impor yang membuat kompetesi makin ketat. Selain itu lemahnya modal dan tidak ada pengolahan pasca panen serta lemahnya akses modal,” terangnya.

Karena itu petani API, lanjutnya, memakai model pemasaran bersama untuk memenuhi kualitas, kuantitas dan konyinuitas (K3). 

“Proses ini memerlukan waktu sekitar 5 tahun untuk mempersiapkan model pemasaran bersama karena di sini ada proses menjaga K3 yang dilakukan oleh komunitas atau anggota organisasi petani termasuk melakukan standarisasi terkait bibit (tanaman), lahan dan perlakuan pasca panen,” ujarnya.

Nur Uddin menambahkan, ke depan API juga akan mengarah ke pupuk dan pemodalan untuk petani yang sebagian besar adalah pertanian keluarga (farmer).

Karena itu pihaknya berharap ada inisiasi dari pemerintah dan juga kampus (Prodi kewirausahaan Umaha) serta pelaku usaha untuk bisa membuat gerakan pangan lokal.

“Gerakan pangan lokal ini bisa dilakukan dengan membuat pasar produk pertanian tertentu untuk waktu tertentu yang mendekati konsumen perkotaan dengan daya beli yang cukup tinggi. Ini akan sangat menolong petani,” tandasnya.

Sementara itu Wakil Ketua Komite Tetap Pembinaan Pedagang Pasar Kadin Jatim, Nanang Susilo mengatakan, sebagai pelaku usaha dalam bidang pertanian menghadapi masalah kualitas produk yang tidak memenuhi standart food grade.

 “Perlu keterlibtan semua pihak untuk bisa mengangkat kualitas produk ini. Selain itu masalah biaya transportasi antar daerah yang maha, masalah biaya transport dari Surabaya ke Singapura lebih mahal dari pada dari Flores ke Surabaya. Saya sangat optimis bisa tumbuh bagus sektor pertanian ini asal diurus dengan pemangku kebijakan yang baik,” kata Owner Anugrah Alam ini.

Nanang menambahkan, dengan adanya pembangunan infrastruktur tol, bandara dan lain-lain, jangan sampai hal itu hanya menempatkan petani sebagai pasar saja dan tidak bisa dimanfaatkan untuk kemudahan distribusi produk petani.

“Seperti saat ini dimana kita surplus produksi pangan pangan yang mensuplai ke 15 propinsi lain tapi masih ada saja barang impor yang masuk di Jawa Timut,” tukasnya.

Ony Setiawan, Komisaris PT Puspa Agro menyebutkan, sebelum krisis ekonomi akibat pandemik Covid-19, Puspa Agro lebih banyak menyuplai ke rumah makan, hotel dan perusahaan. Tetapi sejak krisis melanda, suplai langsung ke pasar (konsumen).

Karena itu pihaknya berharap adanya krisis dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki pasar.

“Di tengah krisis ekonomi dunia ini mestinya petani bisa memanfaatkan untuk mengisi kekosongan pasar ini,” ungkapnya.

Darno, Kaprodi Kewirausahaan Umaha mengatakan, program studi kewirausahaan Umaha siap berkaloborasi dengan dunai usaha untuk bersama sama meningkatkan kualitas dan daya saing produk pertanian termasuk untuk pasca pannennya.

Dengan jumlah petani 41 juta dan serapan (35%) tenaga kerja pertanian, kata Darno, sektor usaha harus menjadi fokus bersama termasuk program studi kewirausahaan Umaha.

“Sangat setuju untuk segera mewujudkan gerakan pangan lokal dan siap berkolaborasi dengan pelaku usaha, pemerintah dan oragnisasi petani. Dengan kurikulum merdekan belajar ini program studi kewirausahaan juga siap untuk mengadopsi kurikulum yang lebih fokus untuk wirausaha bidang pertanian,” demikian Darno seperti dikutip Kantor Berita RMOLJatim.