Tidak Terprovokasi Bakar Bendera, PDIP Surabaya Fokus Gelar Aksi Sosial Bulan Bung Karno

Pasca pembakaran bendera PDI Perjuangan di depan Gedung DPR-RI, 24 Juni 2020, kader-kader banteng di Kota Surabaya memperkuat persatuan dengan rakyat.


Di penghujung bulan Juni, yang juga diperingati sebagai Bulan Bung Karno, keluarga besar PDI Perjuangan Kota Surabaya melakukan berbagai aksi sosial, yang manfaatnya langsung dirasakan oleh rakyat. Seluruh kekuatan PDI Perjuangan Surabaya begerak.

"Mulai nembagikan ribuan masker sejak senin kemarin hari ini di pemukiman padat penduduk, diantaranya Tambaksari, Gubeng dan Bubutan. Di berbagai wilayah, PDI Perjuangan terus memperkuat kinerja Walikota Tri Rismaharini untuk memutus rantai penyebaran Covid-19," kata Ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya, Adi Sutarwijono.

Menurut Adi, Sejak 2010 menjadi Walikota Risma mendedikasikan seluruh waktu dan tenaga untuk melindungi masyarakat Surabaya.

"Tidak kenal lelah beliau bekerja, melakukan berbagai upaya untuk memajukan kehidupan kota, membuat wajah kota asri, hijau dan manusiawi," lanjutnya.

Oleh sebab itu, PDIP Surabaya telah menggerakkan 15 anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Surabaya untuk membantu rakyat dalam berbagai urusan: pendidikan, kesehatan, penanganan Covid-19, pembangunan jalan, saluran air, penerangan jalan umum, penanganan Bansos, dan lain sebagainya.

“Seluruh anggota DPRD dari Fraksi PDI Perjuangan tiada henti turun ke masyarakat, memperkuat akar di bawah, lewat penanganan berbagai masalah yang menghimpit rakyat. Kita tunjukkan, bagaimana PDI Perjuangan mengelola kekuasaan legislatif yang berwajah kerakyatan.”

Sementara panitia peringatan Bulan Bung Karno, yang dibentuk DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya, menutup bulan Juni dengan aksi-aksi sosial, seperti membagi-bagikan ratusan paket buku tulis kepada keluarga-keluarga marhaen, serta buku-buku tulis yang sampulnya dicetak foto Bung Karno dan Pancasila.

“Kami menjawab berbagai fitnah, dengan aksi nyata. Aksi yang membangun kesadaran nasionalisme di kalangan masyarakat, terutama anak-anak agar mencintai Indonesia sejak usia dini, seperti diajarkan Bung Karno.”

PDIP  juga menggelar Lomba Parikan dan Lomba Foto dengan tema: Gotong Royong Menghadapi Covid-19. Lomba dalam rangka memperingati Bulan Bung Karno, dan ditutup akhir Juni. Parikan adalah membuat puisi dalam bahasa khas arek Suroboyo.

“Kita rawat dan tumbuhkan budaya-budaya lokal untuk memperkuat jati diri Kota Surabaya, seperti ajaran Bung Karno tentang Trisakti, yang salah satu pointnya adalah berkepribadian di bidang kebudayaan. Kita memperkuat budaya lokal untuk memperkuat jati diri Indonesia yang berkebudayaan.”

Di penghujung Bulan Bung Karno, masih kata Adi, PDI Perjuangan Kota Surabaya juga melaunching organ taktis, yaitu BAGUNA (Badan Penanggulangan Bencana). Seperti diinstruksikan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, Baguna menghadirkan PDI Perjuangan di tengah-tengah rakyat, ketika menghadapi situasi kebencanaan.

“Dalam beberapa hari ini, Baguna PDI Perjuangan telah melakukan berbagai aksi sosial ke rakyat. Dengan penyemprotan disinfektan ke kampung-kampung, pembagian masker, gentong portabel untuk cuci tangan, pembagian susu untuk ibu hamil dan balita, dan APD (alat pelindung diri). Kita bantu Walikota Bu Risma dan jajaran Pemerintah Kota dalam menangani pandemi Covid-19 di Kota Surabaya.”

Di sisi lalin, PDIP Surabaya marah dengan pembakaran bendera PDI Perjuangan dan berbagai fitnah yang diarahkan ke PDIP. Namun, kader-kader banteng dididik dan digembleng Ibu Megawati Soekarnoputri untuk mempunyai stamina panjang, daya juang kuat, serta taat pada hukum.

“Bendera PDI Perjuangan terus kita kibarkan. Tegak berdiri, yang dijaga seluruh kader. Ribuan bendera terus dinaikkan di rumah dan perkampungan Kota Surabaya. Kita percayakan kasus pembakaran bendera PDI Perjuangan kepada aparat kepolisian. Kita tempuh jalur hukum, seperti ajaran Ibu Megawati. Karena itu, kita berharap pada aparat kepolisian untuk menangkap para pelaku dan dalang pembakaran bendera, dan membawa ke pengadilan.” lanjutnya.

"Pada akhirnya kami di PDI Perjuangan yakin dan percaya, kebenaranlah yang akhirnya akan menang. “Satyam Eva Jayate,” sebagaimana dikatakan Raden Wijaya pada 1293," tutupnya.